Rabu 08 Nov 2023 18:22 WIB

Deklarasi Abu Dhabi Tunjukkan Peran Penting Tokoh Agama Sikapi Perubahan Iklim

Perubahan iklim menjadi ancaman bagi dunia internasional

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Perubahan iklim (ilustrasi).  Perubahan iklim menjadi ancaman bagi dunia internasional
Foto: www.freepik.com
Perubahan iklim (ilustrasi). Perubahan iklim menjadi ancaman bagi dunia internasional

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Uni Emirat Arab (UEA) menjadi tuan rumah Pertemuan Puncak Pemimpin dan Pemuka Agama Dunia pada 6-7 November 2023. 

Konferensi internasional ini berlangsung di bawah pembinaan Presiden UEA, Syeikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan yang ikut menyaksikan pembukaan dan penandatanganan Deklarasi Abu Dhabi tentang Perubahan Iklim.  

Baca Juga

Menteri Toleransi dan Koeksistensi UEA, Syeikh Nahyan bin Mubarak Al Nahyan menyatakan, komitmen para pemimpin agama untuk melindungi planet Bumi menginspirasinya dan memberinya harapan dan keyakinan. 

Syeikh Nahyan bin Mubarak menunjukkan bahwa COP28 akan menyatukan dunia untuk mencapai tujuan bersama, mengurangi pemanasan global ke tingkat pra-industri dan pada gilirannya berkontribusi pada realisasi tujuan iklim Perjanjian Paris.  

"Kita semua mempunyai tugas suci untuk melindungi planet Bumi dan penghuninya, menjadikan pertemuan puncak ini sebagai contoh kerja keras yang harus kita lakukan,” kata Syeikh Nahyan bin Mubarak di Abu Dhabi dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (8/11/2023).

Syeikh Nahyan bin Mubarak menekankan bahwa tuan rumah UEA pada COP28 sejalan dengan visi bijak dari para pemimpin negara dan Presiden UEA Syeikh Muhammad bin Zayed Al Nahyan, yang menjadi pelindung penyelenggaraan KTT. UEA telah bekerja dengan tekun dan gigih untuk menjadi model global untuk masa depan yang berkelanjutan

Syeikh Nahyan bin Mubarak juga memuji kerjasama dengan Majelis Hukama Muslimin (MHM), Presiden COP28, dan Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menyampaikan pesan dari UEA kepada dunia, menganjurkan harapan, perdamaian, kepedulian terhadap Bumi, dan penghuninya.

Deklarasi Abu Dhabi tentang Perubahan Iklim ditandatangani 28 pemimpin dan tokoh yang mewakili 18 agama berbeda. Deklarasi ini mendesak pejabat pemerintah dan para pemimpin untuk segera merespons dengan melakukan transisi cepat menuju energi berkelanjutan untuk memastikan keadilan iklim. 

Seruan ini juga mendorong para pemimpin dunia usaha dan pembuat kebijakan untuk melakukan transisi yang cepat dan adil menuju sumber energi ramah lingkungan, meningkatkan layanan yang bertujuan mengatasi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan manusia, terutama pada komunitas yang rentan.

Para pemimpin agama terkemuka juga menyatakan dukungan mereka terhadap Paviliun Iman di COP28, yang diselenggarakan bersama oleh MHM, Presiden COP28, Program Lingkungan PBB, dan Tahta Suci, untuk pertama kalinya dalam sejarah COP28. Para pemimpin juga mendorong pertemuan lanjutan COP untuk menyampaikan pesan harapan dan seruan agar bertindak, mendukung pengembangan wacana lingkungan berbasis agama. 

Baca juga: Pesan Nabi Muhammad SAW untuk Saudara-Saudara Kita di Palestina 

Para peserta KTT juga menyerukan kepada para pembuat kebijakan dan pemimpin global yang akan menghadiri COP28 untuk memanfaatkan momen penting ini dan bertindak segera, untuk membentuk kerangka aksi kolektif dan tanggung jawab yang mendalam. 

Mereka lebih lanjut menekankan bahwa keadaan yang mendesak ini memerlukan tindakan yang cepat, kooperatif, dan tegas.

Hadir dalam agenda tersebut Menteri Toleransi dan Koeksistensi (Hidup Berdampingan) Syeikh Nahyan bin Mubarak Al Nahyan, Presiden Conference of the Parties (COP) 28 Sultan Ahmed Al Jaber, Wakil Al-Azhar yang mewakili Grand Syeikh Al-Azhar Mohamed Al-Duwaini, serta Sekretaris Negara Tahta Suci mewakili Paus Fransiskus Kardinal Pietro Parolin. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres ikut berpartisipasi melalui rekaman pesan video. 

Hadir juga Sekretaris Jenderal Majelis Hukama Muslimin Konselor Mohammed Abdelsalam, serta berbagai pemimpin agama, akademisi, masyarakat adat, dan pakar lingkungan hidup dari seluruh dunia.  

photo
Perubahan iklim ancam 100 juta warga Afrika. - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement