REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) memantapkan langkah adaptasi terhadap dinamika global melalui penguatan bisnis hulu–hilir serta perluasan portofolio energi bersih. Strategi tersebut ditempuh sebagai bagian dari upaya menjaga ketahanan energi nasional sekaligus memastikan daya saing perusahaan di tengah perubahan bauran energi, kondisi geopolitik, dan tantangan perubahan iklim.
Pjs SVP Business Development PT Pertamina (Persero) Yudhi Haryadi menyampaikan, perusahaan menyiapkan dua pendekatan utama dalam strategi bisnisnya. Pertama, menjaga kinerja bisnis eksisting di seluruh rantai industri minyak dan gas. Kedua, mendorong pengembangan energy services serta penguatan ekonomi hijau.
Menurut Yudhi, strategi itu diikuti dengan penguatan hilirisasi industri domestik, percepatan ekosistem biofuel, pengembangan produk kimia, ekspansi kapasitas panas bumi, serta pembangunan portofolio bisnis rendah karbon. “Dari sisi bisnis, kami melakukan adoption response terhadap dinamika global. Kita tahu ada perubahan bauran energi, kondisi geopolitik, hingga dampak perubahan iklim,” ujar Yudhi dalam diskusi Indef di Jakarta, Selasa (9/12/2025).
Kerangka transformasi perusahaan dibangun melalui empat pilar, yakni penyelarasan dengan pemangku kepentingan, percepatan proses internal agar lebih efisien, optimalisasi pemanfaatan aset, serta peningkatan nilai tambah. Pertamina juga membentuk organisasi yang lebih lincah dan berorientasi keberlanjutan, sekaligus menjaga reputasi sebagai BUMN energi melalui penguatan kepercayaan publik dan disiplin tata kelola.
Pada sektor hulu, Pertamina menyiapkan berbagai langkah untuk menjaga suplai minyak mentah dan gas. Program yang dijalankan mencakup pengembangan pengeboran sumur, workover, pengembangan lapangan baru, enhanced oil recovery (EOR), chemical oil recovery (COR), eksplorasi, serta optimisasi lapangan marginal.
Agenda efisiensi biaya tetap dijalankan untuk mendukung peningkatan produksi. “Pengembangan pengeboran sumur terus kami dorong untuk menaikkan produksi, termasuk workover dan pengembangan lapangan baru,” kata Yudhi.
Di sisi hilir, peningkatan kapasitas kilang dilakukan melalui proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V Balikpapan. Selain itu, perusahaan memperluas kapasitas bioetanol, mengembangkan bio refinery, serta meningkatkan produksi fatty acid methyl ester (FAME).
Penguatan distribusi energi juga dilakukan melalui pembangunan pabrik LPG, CNG, dan jaringan gas perkotaan (jaringan gas rumah tangga/jargas). Pada sektor energi baru terbarukan, Pertamina menambah portofolio panas bumi, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), PLTS Solar-to-Site Agreement (SSA), dan berbagai inisiatif energi bersih lainnya.
Pada level global, Pertamina juga aktif melakukan akuisisi lapangan migas di luar negeri melalui tema bring the barrel home guna memperkuat suplai minyak mentah untuk dalam negeri. Investasi anorganik turut berjalan di bidang bioetanol, energi baru terbarukan, dan panas bumi.
Diversifikasi energi diarahkan pada produk yang bersentuhan langsung dengan konsumen. Portofolionya meliputi biosolar berbasis FAME, green diesel berbahan minyak nabati, Pertamina Green berbasis bioetanol yang menghasilkan Pertamax Green 95, hingga Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang telah diuji pada armada Pelita Air. Ekspansi produk hijau tersebut menjadi bagian dari komitmen perusahaan menjawab kebutuhan energi yang lebih rendah emisi.
Upaya adaptasi iklim turut diperkuat melalui pengembangan Carbon Capture and Storage (CCS). Pertamina menyiapkan sejumlah lokasi penyimpanan karbon, dengan Asri Basin sebagai proyek yang paling maju.
Lokasi di antara Sumatera dan Jawa tersebut memiliki potensi kapasitas hingga satu gigaton dan ditargetkan beroperasi sebagai storage hub pada 2030, dengan calon pengguna dari Singapura, Malaysia, Jepang, Korea, serta industri domestik.
“Kami sudah melakukan studi yang lebih advance dengan target 2030 lokasi ini dapat beroperasi sebagai S-Hub,” ujar Yudhi.
Selain itu, studi CCS juga dilakukan di Jimbaran Tiung Biru, East Java Basin, dan Central Sumatera. Rencana pengembangan bersama mitra turut disiapkan untuk wilayah Kalimantan Timur dan Sulawesi Basin. Rangkaian langkah tersebut menempatkan Pertamina pada jalur transformasi energi yang lebih komprehensif dan terukur.