REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amazon akan mewajibkan semua pemasoknya untuk melaporkan data emisi karbon secara transparan mulai tahun 2024. Para pemasok juga akan diminta untuk membagikan data emisi, menetapkan target emisi, dan melaporkan perkembangannya.
Dengan langkah tersebut, Amazon bergabung dengan Microsoft, Walmart, dan Apple, yang menyatakan bahwa para pemasok harus meningkatkan upaya dekarbonisasi. Mandat ini muncul ketika perusahaan menghadapi desakan besar untuk mengadopsi praktik-praktik ramah lingkungan. Konsumen, investor, regulator, dan pemerintah mendorong perusahaan-perusahaan untuk lebih transparan.
"Tekanan tersebut datang kepada perusahaan, yang kemudian memberikan tekanan kepada para pemasok," ujar Bob Willard, seorang konsultan perusahaan dan penulis isu keberlanjutan seperti dilansir CNBC, Ahad (15/10/2023).
Perusahaan biasanya melacak tiga tingkat emisi yang terdiri atas, lingkup satu dihasilkan langsung dari operasional perusahaan; lingkup dua, berasal dari energi yang dibeli seperti listrik; dan emisi lingkup ketiga dihasilkan oleh rantai pasokan perusahaan, mulai dari rantai pasok hulu, distributor hingga pelanggan.
Sebuah analisis terhadap industri-industri besar yang dilakukan lembaga nirlaba CDP, menemukan bahwa lingkup 3 perusahaan menyumbang sekitar 75 persen dari total emisi. Dan perusahaan, memiliki kuasa untuk menekan emisi lingkup tiga, yaitu dengan mengontrol para pemasok.
Penulis beberapa buku strategi bisnis berkelanjutan, Andrew Winston, menjelaskan bahwa perusahaan memiliki kontrol lebih besar terhadap pemasok mereka dibandingkan area emisi tidak langsung lainnya. Sebagai contoh, perusahaan dapat selektif dalam bekerja sama dengan pemasok yang sadar lingkungan.
"Rantai pasokan adalah tempat di mana tekanan dan transparansi akan terus meningkat karena perusahaan memiliki dampak langsung terhadap hal tersebut," ujar Winston.
Perusahaan yang telah menerapkan cara tersebut misalnya Salesforce Inc. Perusahaan software berbasis awan di AS itu mewajibkan pemasok untuk mengungkapkan emisi lingkup 1, 2, dan 3. Pemasok AstraZeneca juga diharapkan untuk melaporkan data emisi setiap tahun ke CDP dan menetapkan tujuan berbasis sains.
Meskipun Amazon tidak memasukkan pemasok ke dalam akuntansi lingkup 3, Amazon secara efektif menangani hal ini seperti yang telah dilakukan oleh banyak perusahaan lain. Caranya dengan memaksa pemasok untuk melaporkan emisi kepada perusahaan dan menetapkan tujuan yang kemudian dapat dilacak tingkat emisinya.
"Kami tahu bahwa untuk menurunkan emisi lebih lanjut, kami harus memastikan bahwa mereka yang berada dalam rantai pasokan kami melakukan perubahan operasional yang diperlukan untuk mendekarbonisasi bisnis mereka," kata Amazon dalam laporan keberlanjutan terbaru.
Di sisi lain, penjual dan pemasok pihak ketiga menghadapi sebuah paradoks ketika mandat iklim muncul dan berkembang menjadi aturan yang ketat. Meskipun mereka sadar lingkungan, mayoritas di antaranya tidak memiliki sumber daya untuk memenuhi tuntutan pelacakan dan pelaporan.
Menurut sebuah survei dari lembaga non-profit SME Climate Hub, delapan dari 10 pemilik usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mengatakan bahwa mengurangi emisi merupakan prioritas utama. Namun, 63 persen UMKM mengaku tidak memiliki keterampilan yang tepat, dan 43 persen mengaku tidak memiliki dana.
Usaha kecil-menengah juga mengalami tekanan ekonomi, termasuk suku bunga yang lebih tinggi, permintaan konsumen yang lemah, dan tantangan pasar tenaga kerja. Hal ini membuat pelaku usaha kecil lebih fokus pada karyawan dan profit, alih-alih keberlanjutan.
Faktanya, merujuk surveyMonkey Small Business CNBC untuk kuartal ketiga, 40 persen pelaku usaha kecil mengatakan pekerjaan dan ekonomi sebagai masalah yang paling penting bagi mereka. Hanya 10 persen pelaku usaha yang mengatakan lingkungan sebagai fokus utama. Namun, terlepas dari siap atau tidak, para pemasok besar dan kecil harus segera melangkah maju ke arah keberlanjutan.
“Ini akan datang. Bagian pengadaan dari komunitas bisnis mulai menjangkau rantai pasokan mereka dan mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih tajam,” kata pemilik usaha kecil, Chaitali Patel, yang mendirikan perusahaan penasihat keberlanjutan Evergood.
Selain tekanan dari investor dan politisi, alasan lain mengapa perusahaan-perusahaan besar akan melihat lebih jauh ke dalam rantai pasokan mereka adalah karena saat ini mereka tidak berhasil mencapai target pengurangan emisi. Di tengah melonjaknya permintaan konsumen dan pertumbuhan global pasca pandemi, banyak perusahaan terbesar di dunia menghasilkan lebih banyak emisi karbon daripada yang dapat mereka kurangi.
Laporan Just Capital baru-baru ini menemukan bahwa semakin banyak perusahaan yang membuat komitmen pengurangan karbon, namun hasilnya belum terlihat dalam disclosure-nya. Dari perusahaan-perusahaan yang memiliki target berbasis ilmu pengetahuan yang ada, hanya 26 dari 123 perusahaan dalam Russell 1000 yang mengungkapkan pengurangan emisi.