Senin 16 Oct 2023 20:42 WIB

BMKG: Perubahan Gaya Hidup Kunci Antisipasi Perubahan Iklim

Di akhir abad ke-21 kenaikan suhu global bisa mencapai tiga setengah derajat Celcius.

Peserta Astra Green Lifestyle di Senayan, Jakarta, Ahad (15/6)
Foto: Istimewa
Peserta Astra Green Lifestyle di Senayan, Jakarta, Ahad (15/6)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa perubahan gaya hidup menjadi kunci dalam mengantisipasi krisis air dampak perubahan iklim.

“Menghadapi perubahan iklim kuncinya itu kita harus berani merubah gaya hidup kita selama ini,” kata Dwikorita dalam diskusi daring, Senin (16/10/2023).

Baca Juga

Dwikorita menjelaskan bahwa perubahan gaya hidup yang dimaksud adalah mengurangi penggunaan energi fosil dan beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan, seperti energi listrik, surya, dan air.

Kenaikan suhu bumi yang memicu krisis air disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida (CO2). Kenaikan konsentrasi CO2 ini berasal dari penggunaan energi fosil, seperti kendaraan bermotor dan industri.

Ia mengatakan masyarakat perlu mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih ke transportasi umum. Hal ini untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab perubahan iklim.

"Jadi kita harus mengurangi penyebabnya, salah satunya mengendalikan gas rumah kaca karena itu asalnya dari energi fosil," kata Dwikorita.

Perubahan iklim menjadi salah satu ancaman serius yang menghantui dunia saat ini. Dampaknya yang semakin nyata telah mengubah pola cuaca, meningkatkan suhu global, dan menyebabkan masalah-masalah ekstrim seperti kekeringan yang memprihatinkan.

Dwikorita mengatakan bahwa kenaikan suhu global akan menyebabkan kekeringan yang lebih panjang dan intens. Hal ini sudah mulai terlihat di Indonesia pada tahun ini, di mana sebagian wilayah mengalami kekeringan yang lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya.

“Menurut data global, di akhir abad ke-21 kenaikan suhu global bisa mencapai tiga setengah derajat Celcius. Artinya, kekeringan akan semakin parah dan tidak pandang bulu, baik di negara maju maupun negara berkembang,” ujar Dwikorita.

Melihat urgensi perubahan ini, Dwikorita mendorong masyarakat untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Gaya hidup berwawasan lingkungan, yang sering disebut sebagai "Green Lifestyle" adalah salah satu kunci dalam mengatasi krisis perubahan iklim.

Dwikorita juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara negara dan sektor masyarakat untuk menghadapi krisis air yang disebabkan oleh perubahan iklim. World Water Forum ke-10 yang akan digelar di Bali pada tahun 2024 diharapkan dapat menjadi platform untuk memperkuat kerja sama ini.

World Water Forum 2024 diharapkan akan menjadi momentum penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perubahan gaya hidup untuk mengantisipasi krisis air yang semakin nyata akibat perubahan iklim.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement