Rabu 08 Nov 2023 21:59 WIB

Indonesia Butuh Banyak Kolaborasi untuk Tumbuhkan Ekosistem Hidrogen  

Indonesia saat ini membutuhkan keseriusan dalam menumbuhkan ekosistem hidrogen.

Molekul hidrogen. Ilustrasi
Foto: Google
Molekul hidrogen. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Reasearch Profesor dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Dr Eng Eniya Listiani Dewi mengatakan Indonesia saat ini membutuhkan keseriusan dalam menumbuhkan ekosistem hidrogen melalui kolaborasi antara pemerintah dengan berbagai organisasi terkait.

"Dari banyaknya global hidrogen ekosistem yang ada, ini lah yang harus dilakukan Indonesia untuk membangun ekosistem tersebut. Indonesia harus banyak melakukan kolaborasi antara pemerintah dan organisasi-organisasi, terlebih dari kepemudaan, karena diperlukan pada saat di masa transisi ini," kata Eniya Listiani Dewi di UGM, Yogyakarta, Rabu (8/11/2023).

Baca Juga

Menurut dia, berbagai negara saat ini telah menyusun berbagai strategi untuk menciptakan hidrogen terbaik yang nantinya akan dijual oleh negara-negara tersebut. Dia menegaskan bahwa Indonesia tidak kekurangan sumber daya alam. Disebutkan bahwa Indonesia memiliki kapasitas Energi Baru Terbarukan (EBT) hidrogen dari berbagai daerah yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kalimantan Utara, Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Papua.

Sebagaimana disampaikan pemerintah bahwa Indonesia memiliki potensi yang cukup positif untuk memproduksi listrik dari EBT dengan kapasitas 3.000 gigawatt (GW) dan potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 12,5 GW saat ini.

“Sehingga ini yang harus kita waspadai, karena Indonesia belum ada titiknya. Padahal kita punya potensi yang luar bias dibandingkan dengan negara lain. bahkan Afrika, menyatakan diri mau ekspor,” ucap dia.

Hal itu juga dilakukan oleh Australia, yang sudah mempersiapkan diri mereka dengan sangat matang dan mengklaim akan menjadi pemain utama dalam sektor hidrogen dunia. “Australia gerakannya bersiap diri, dia sudah membuat roadmap, dan melakukan semuanya sesuai dengan roadmap-nya. Sehingga banyak investor yang datang,” ucap dia.

Australia, menurut dia, sudah sangat detil memetakan proyeksi masa depan untuk industri liquid hidrogen yang mereka produksi. Sehingga, hal ini harus diwaspadai oleh Indonesia.

“Peta Australia sudah sedemikian detil untuk membuat liquid hidrogen yang nantinya bisa diekspor dari seluruh titik yang mereka buat. Nah, jangan sampai market kita sudah tidak ada, gara-gara sudah diserap atau diambil oleh mereka,” ujar dia.

Oleh karena itu, dengan potensi sumber daya alam yang begitu subur, Indonesia harus bisa memanfaatkan potensi yang dimiliki sehingga bisa menjadi pemain utama di sektor ini. Menurut dia, nantinya Ibu Kota Negara (IKN) juga sudah memastikan bahwa akan menggunakan 20 persen hidrogen untuk kebutuhan supporting energi nantinya.

“Potensi Indonesia sangat besar, bahkan IKN nantinya menyatakan akan menggunakan 20 persen hidrogen yang akan digunakan untuk kebutuhan supporting energinya,” tutur dia.

Karena, penggunaan hidrogen tidak hanya bisa dimanfaatkan di sektor otomotif saja. Penggunaan atau pemanfaatan sektor ini bisa diaplikasikan ke berbagai macam sektor seperti maritim bahkan power generation.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement