Senin 18 Dec 2023 20:42 WIB

Jokowi Ikuti KTT Asia Zero Emission Community Pertama di Tokyo

AZEC adalah platform kerja sama untuk mendorong pencapaian net zero emission di Asia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Gita Amanda
Presiden Jokowi di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT AZEC) di Main Hall Kantor PM Jepang, Tokyo, Senin (18/12/2023).
Foto: Dok Laily Rachev - Biro Pers
Presiden Jokowi di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT AZEC) di Main Hall Kantor PM Jepang, Tokyo, Senin (18/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpartisipasi dalam Asia Zero Emission Community (AZEC) Leaders Meeting (KTT AZEC) di Tokyo, Jepang, Senin (18/12/2023). Itu merupakan pertemuan tingkat pemimpin pertama sejak AZEC diluncurkan di sela-sela KTT G20 di Bali pada November tahun lalu.

Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengungkapkan, AZEC adalah platform kerja sama untuk mendorong pencapaian net zero emission di kawasan. Indonesia merupakan co-initiator bersama Jepang. Negara lain yang menjadi peserta AZEC adalah Australia, Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Baca Juga

Menlu Retno mengatakan, dalam KTT AZEC, Jokowi menekankan dua hal penting yang diharapkan memandi AZEC agar tidak menjadi forum lain bagi percepatan transisi energi. Pertama adalah pengakuan terhadap beragam jalur transisi energi.

“AZEC harus dapat mendukung penguatan upaya dekarbonisasi melalui pendanaan inklusif untuk mengembangkan berbagai proyek Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization Storage (CCUS),” kata Retno dalam keterangan persnya. 

Kedua, Jokowi menekankan pentingnya dukungan terhadap pendanaan inovatif. “Presiden kembali mengangkat pentingnya scaling up pendanaan berkelanjutan. Dan pentingnya sinergi pemerintah, swasta, dan perbankan dinilai Presiden adalah kunci dan harus menjadi game changer untuk percepat transisi energi,” ucap Menlu Retno.

Menlu menambahkan, KTT AZEC menghasilkan Leaders Joint Statement. Isinya antara lain komitmen memenuhi Kesepakatan Iklim Paris yang seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan ketahanan energi. Disebutkan perlunya pendekatan yang dibuat secara tailor-made menuju dekarbonisasi.

“Kemudian di dalam Joint Statement tersebut juga ada pengakuan berbagai macam teknologi dan inovasi untuk mempercepat transisi energi termasuk melalui CCS dan CCUS, pemanfaatan LNG (gas alam cair) sebagai transition fuel, promosi elektrifikasi, dan dekarbonisasi sektor transportasi. Serta menggarisbawahi pentingnya scale-up pendanaan transisi melalui AZEC termasuk melalui promosi implementasi perdagangan karbon di kawasan,” kata Menlu Retno. 

Dia menambahkan, kesepakatan dalam KTT AZEC telah turut mengakomodasi suara Indonesia yang secara konsisten terus mendorong pengakuan berbagai jalur dan teknologi menuju transisi energi. “Sebagai deliverables, terdapat 69 kerja sama transisi energi dalam kerangka AZEC di mana di antara 69 tersebut, 24 di antaranya adalah proyek transisi energi untuk Indonesia atau antara perusahaan Indonesia dengan perusahaan Jepang. Jadi saya ulangi, dari 69 proyek kerja sama, 24 di antaranya berasal dari Indonesia yang didukung oleh Jepang, antara lain dengan PLN, PPT Energy Trading Co Ltd, Pupuk Indonesia, OIKN, dan lain-lain,” ucap Retno.

“Sementara bidang kerja sama yang dicakup dari 24 nota kesepahaman (MoU) antara Indonesia dan Jepang antara lain meliputi pelatihan untuk mempromosikan transisi energi, kemudian waste to energy, dekarbonisasi, pengembangan transmisi Listrik, geothermal, green ammonia, dan lain sebagainya,” tambah Menlu Retno.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement