Sabtu 06 Jan 2024 11:30 WIB

Studi Ilmiah Temukan Hubungan Astronomi Bumi dengan Perubahan Iklim

Perubahan iklim dinilai sebabkan kepunahan massal selama 260 juta tahun terakhir.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Hubungan yang rumit antara geologi Bumi, posisinya di luar angkasa, dan gejolak iklim yang membentuk sejarah planet kita.
Foto: www.freepik.com
Hubungan yang rumit antara geologi Bumi, posisinya di luar angkasa, dan gejolak iklim yang membentuk sejarah planet kita.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terobosan ilmiah baru-baru ini telah mengungkap hubungan yang mengejutkan antara letusan gunung berapi besar, siklus astronomi Bumi, dan perubahan iklim yang drastis yang menyebabkan kepunahan massal selama 260 juta tahun terakhir. Pengungkapan ini memberikan pemahaman mendalam tentang hubungan yang rumit antara geologi Bumi, posisinya di luar angkasa, dan gejolak iklim yang membentuk sejarah planet kita.

Para peneliti telah menemukan bahwa basal banjirkontinental (continental flood-basalt/CFB), letusan gunung berapi paling besar yang pernah diketahui manusia, merupakan pendorong signifikan dari perubahan iklim purba ini. Letusan-letusan ini melepaskan karbon dioksida dalam jumlah yang sangat besar, mendorong Bumi ke dalam iklim rumah kaca yang ekstrem dan kondisi yang hampir mematikan.

Baca Juga

Penelitian yang dirinci dalam Earth-Science Reviews ini menunjukkan aktivitas vulkanik CFB sebagai momen penting dalam sejarah geologi Bumi, yang sering kali bertepatan dengan peristiwa bencana lain seperti penipisan oksigen di lautan dan pemanasan global yang cepat.

Yang lebih menarik lagi adalah sinkronisitas episode vulkanik dan iklim dengan siklus astronomi Bumi, yang terjadi setiap 26 hingga 33 juta tahun. Pola ini selaras dengan pergeseran orbit Bumi di dalam tata surya dan Galaksi Bima Sakti, yang menunjukkan adanya interaksi kosmik yang mempengaruhi geologi dan iklim di bumi.

“Meskipun peristiwa-peristiwa purba ini berbeda dengan perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia dalam beberapa abad terakhir, namun peristiwa-peristiwa ini menggarisbawahi dampak emisi karbon dioksida yang telah berlangsung lama terhadap pemanasan global,” kata tim peneliti, termasuk tokoh-tokoh dari New York University dan Carnegie Institute for Science, seperti dilansir One Green Planet, Sabtu (6/1/2024).

Karena letusan terakhir dari letusan ini terjadi sekitar 16 juta tahun yang lalu, penelitian ini tidak hanya menjelaskan kepunahan dan pergeseran iklim di masa lalu, tetapi juga membangun perspektif baru tentang saling ketergantungan geologis dan astronomis Bumi.

“Wawasan tentang masa lalu planet kita, mengingatkan kita akan hubungan yang kompleks dan sering kali mengejutkan antara kosmos, Bumi, dan lingkungan yang kita perjuangkan untuk dilindungi saat ini,” jelas peneliti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement