REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan teknologi tangga ikan atau fishway sebagai upaya mempertahankan biodiversitas air tawar. Hal itu agar populasi ikan tidak habis akibat pembangunan bendung atau bendungan.
Kepala Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat BRIN Arif Wibowo mengatakan keberadaan tangga ikan di Indonesia membuat 60 sampai 70 persen populasi ikan dapat bertahan. "Jika fishway tak ada hanya menyisakan 20 persen dari populasi ikan. Bahkan bisa menyisakan 10 persen atau ikan migratorinya hilang," ujar Arif dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Selasa (21/5/2024).
Dalam Forum Air Sedunia atau World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali, BRIN bersama Charles Sturt University dan Australian Centre for International Agricultural Research berkolaborasi mengenalkan pengembangan teknologi tangga ikan tersebut.
Tangga ikan merupakan teknologi infrastruktur air sebagai inovasi dalam upaya merestorasi dan konservasi sumber daya ikan yang menurun akibat bangunan melintang sungai, seperti bendung maupun bendungan untuk pembangkit listrik, irigasi, hingga penyediaan air bersih. Di negara-negara maju yang berada di Benua Eropa, Amerika, dan Australia, teknologi tangga ikan sudah diterapkan untuk merestorasi populasi ikan sungai.
Teknologi tangga ikan di Indonesia pertama kali dibangun pada 1991 di Bendung Perjaya, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatra Selatan, oleh BBWS Sumatra VIII Kementerian PUPR dengan tipe pool dan weir fishway. Saat ini Indonesia sudah ada empat bendung atau bendungan yang dilengkapi dengan fasilitas tangga ikan.
Arif menuturkan Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia terkait kekayaan biodiversitas air tawar. Oleh karena itu, praktik menjaga kelestarian lingkungan perlu dilakukan salah satunya dengan menjaga populasi ikan air tawar di sungai-sungai.
Menurut dia, pembangunan bendungan untuk irigasi maupun pembangkit listrik tenaga air dapat mengakibatkan jalur migrasi ikan menjadi terhambat. Pembangunan infrastruktur tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan populasi ikan hingga 20 persen.
"Penurunan populasi ikan di sungai menjadi bukti diperlukannya langkah antisipasi. Hal tersebut dapat dilakukan melalui penyediaan bukti ilmiah yang kuat terkait kondisi lingkungan perairan," kata Arif.