Senin 27 May 2024 21:18 WIB

Tesla Berambisi Capai Net Zero Emisi, Mungkinkah?

Pada 2023, Tesla bertanggung jawab atas lebih dari 50 juta metrik ton emisi CO2.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Mobil Tesla. Tesla sedang berupaya untuk mencapai net zero emisi sesegera mungkin.
Foto: AP Photo/David Zalubowski
Mobil Tesla. Tesla sedang berupaya untuk mencapai net zero emisi sesegera mungkin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Emisi gas rumah kaca Tesla meningkat hampir 10 juta metrik ton CO2 pada tahun lalu, menurut laporan dampak terbaru perusahaan. Laporan ini memberikan gambaran paling terbuka tentang bagaimana perusahaan memikirkan risiko terkait iklim dan jejak karbonnya sendiri.

Pada 2023, Tesla bertanggung jawab atas lebih dari 50 juta metrik ton emisi karbon dioksida dibandingkan dengan 42 juta metrik ton pada tahun sebelumnya, atau sekitar 20 persen peningkatan emisi. Sebagian besar emisi tambahan berasal dari rantai pasokan Tesla. Barang dan jasa yang dibeli menyumbang hampir 80 persen dari keseluruhan jejak karbon perusahaan.

Baca Juga

Laporan tersebut mengatakan, Tesla sedang berupaya untuk mencapai net zero emisi sesegera mungkin dan menguraikan langkah-langkah yang akan diambil oleh perusahaan untuk mencapainya. Laporan ini juga menyebutkan beberapa risiko terbesar yang dihadapi perusahaan akibat perubahan iklim. Namun, hal ini menunjukkan bahwa rantai pasokan perusahaan semakin kotor selama setahun terakhir.

Karena rantai pasokan yang kotor sering kali menjadi bagian terbesar dari jejak karbon perusahaan, para aktivis lingkungan mendorong regulator untuk menindak tegas emisi tersebut. Tampaknya Tesla sudah mengambil langkah untuk mematuhi aturan baru dari Komisi Sekuritas dan Bursa (Securities and Exchange Commission/SEC) yang mengharuskan lebih banyak transparansi seputar perubahan iklim.

Proposal awal SEC pada 2022 mengharuskan perusahaan-perusahaan besar untuk mengungkapkan emisi tidak langsung dari rantai pasokan dan penggunaan produk mereka. Namun, hal tersebut langsung mendapat reaksi keras dari perusahaan-perusahaan yang mengatakan bahwa emisi tersebut adalah emisi yang paling sulit dikendalikan. Langkah tersebut akhirnya dicabut dari peraturan iklim yang diselesaikan SEC pada bulan Maret.

Berdasarkan aturan tersebut, yang telah menghadapi tantangan di pengadilan, perusahaan-perusahaan raksasa masih harus mengungkapkan data mengenai polusi karbon dari operasi langsung mereka dan penggunaan energi yang bersifat “material”, atau penting bagi pemahaman investor mengenai situasi keuangan perusahaan. Mereka juga harus menilai serta berbagi risiko dan dampak yang mereka hadapi sebagai akibat dari perubahan iklim.

Tesla melakukan penilaian keberlanjutan pada 2023 untuk menentukan area yang penting bagi bisnis dan penting bagi masyarakat dan lingkungan, demikian kata laporan tersebut. Hal tersebut menghasilkan 20 bidang fokus termasuk manajemen risiko iklim, kualitas udara, penggunaan air, AI yang bertanggung jawab, kesehatan dan keselamatan pekerjanya, serta banyak lagi.

Bahkan ada satu bagian dalam laporan tersebut yang didedikasikan untuk risiko iklim. “Kekeringan merupakan risiko terbesar bagi manufaktur Tesla dalam jangka pendek, sementara panas menjadi masalah yang lebih besar dalam jangka panjang,” kata laporan tersebut seperti dilansir The Verge, Senin (27/5/2024).

Bagaimanapun, Tesla mengoperasikan beberapa fasilitas di California, Nevada, dan Texas-semua negara bagian Barat yang kering dan bergulat dengan kenaikan suhu dan meningkatnya tekanan pada sistem air. Perusahaan mengatakan, mereka menilai risiko iklim di setiap fasilitas manufakturnya, termasuk banjir, hujan lebat, angin kencang, panas yang ekstrem, kebakaran hutan, dan kekeringan.

Dalam laporannya, Tesla juga mengakui bahwa mereka mungkin harus mengubah cara berbisnis untuk menurunkan emisi karbonnya. "Seiring dengan berkembangnya peraturan seputar manajemen emisi gas rumah kaca, kami mungkin perlu melakukan investasi modal lebih lanjut yang berbeda atau dipercepat dibandingkan dengan rencana yang ada, yang dapat berdampak pada profitabilitas," tulis laporan tersebut.

Meskipun jejak karbonnya telah meningkat selama setahun terakhir, Tesla menilai bahwa hal itu tidak memperhitungkan polusi yang dihindari ketika konsumen beralih dari mesin pembakaran internal ke kendaraan listrik. Menurut perkiraan Tesla, para pelanggannya telah menghindari 20 juta metrik ton polusi CO2 pada tahun 2023.

Dibandingkan dengan produsen mobil yang membuat mobil berbahan bakar bensin, jejak karbon Tesla masih jauh lebih kecil. Jejak karbon Ford, sebagai perbandingan, lebih dari tujuh kali lebih besar, yaitu 386 juta metrik ton CO2 pada tahun 2023. Tesla mengeklaim, metode penghitungan gas rumah kaca yang umum digunakan tidak dibuat untuk perusahaan seperti Tesla yang membuat produk seperti mobil listrik, panel surya, dan baterai yang menggantikan bahan bakar fosil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement