Kamis 06 Jun 2024 11:37 WIB

Studi: Pemanasan Global Capai Rekor, Manusia Jadi Biang Keroknya!

92 persen kondisi panas yang memecahkan rekor disebabkan oleh manusia.

 Pekerja kantoran menggunakan payung untuk melindungi sinar matahari dan mendinginkan diri dengan kipas genggam elektrik saat cuaca panas di Bangkok, Thailand, Jumat (28/4/2023).
Foto: EPA-EFE/RUNGROJ YONGRIT
Pekerja kantoran menggunakan payung untuk melindungi sinar matahari dan mendinginkan diri dengan kipas genggam elektrik saat cuaca panas di Bangkok, Thailand, Jumat (28/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingkat pemanasan bumi mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada 2023. Menurut perhitungan ilmuwan, 92 persen dari kondisi panas mengejutkan yang memecahkan rekor tahun lalu disebabkan oleh manusia.

Kelompok peneliti yang terdiri dari 57 ilmuwan dari seluruh dunia menggunakan metode yang disetujui PBB untuk menyelidiki penyebab ledakan panas mematikan tahun lalu. Bahkan dengan laju pemanasan yang lebih cepat, mereka tidak melihat adanya bukti adanya percepatan signifikan dalam perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia, selain peningkatan pembakaran bahan bakar fosil.

Baca Juga

Rekor suhu tahun lalu sangat tidak biasa sehingga para ilmuwan memperdebatkan apa yang menyebabkan lonjakan besar ini dan apakah perubahan iklim semakin cepat atau ada faktor lain yang mempengaruhinya.

“Jika Anda melihat dunia ini semakin cepat atau mengalami titik kritis yang besar, hal-hal tidak berjalan seperti itu,” kata Piers Forster, ilmuwan iklim Universitas Leeds, yang merupakan penulis utama studi tersebut.

Hal ini sebagian besar disebabkan oleh penumpukan karbon dioksida akibat meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil, kata dia dan rekan penulisnya. “Suhu meningkat dan menjadi lebih buruk persis seperti yang kami prediksi,” katanya.

Tahun lalu laju pemanasan mencapai 0,26 derajat Celsius per dekade, naik dari 0,25 derajat Celsius pada tahun sebelumnya. Itu bukan perbedaan yang signifikan, meski hal ini membuat angka tahun ini menjadi yang tertinggi yang pernah ada, kata Forster.

Namun, para ilmuwan dari luar mengatakan laporan ini menyoroti situasi yang semakin mengkhawatirkan.

“Memilih untuk bertindak terhadap iklim telah menjadi pokok pembicaraan politik, namun laporan ini harus menjadi pengingat bagi masyarakat bahwa pada dasarnya tindakan ini adalah pilihan untuk menyelamatkan nyawa manusia,” kata ilmuwan iklim Universitas Wisconsin, Andrea Dutton, yang bukan bagian dari tim studi internasional.

Tim penulis, yang dibentuk untuk memberikan pembaruan ilmiah tahunan antara penilaian ilmiah utama PBB selama tujuh hingga delapan tahun, menetapkan bahwa tahun lalu suhunya 1,43 derajat Celcius lebih hangat daripada rata-rata suhu pada tahun 1850 hingga 1900, dengan 1,31 derajat di antaranya berasal dari aktivitas manusia.

Delapan persen pemanasan lainnya sebagian besar disebabkan oleh El Nino, pemanasan alami dan sementara di Pasifik tengah yang mengubah cuaca di seluruh dunia dan juga pemanasan yang tidak wajar di sepanjang Samudera Atlantik serta cuaca yang tidak menentu lainnya.

Dalam jangka waktu 10 tahun.....

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement