Kamis 04 Jul 2024 19:07 WIB

Dukung Net Zero Emission, Pertamina Mulai Beralih ke Energi Ramah Lingkungan

Indonesia memiliki energi panas bumi (geothermal) terbesar di dunia.

Rep: Frederikus Bata  / Red: Gita Amanda
Peserta mengikuti Focus Group Discussion Republika bertajuk Rembuk ESG untuk Indonesia di Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Kamis (4/7/2024). FGD yang dihadiri perwakilan kementerian lembaga, pihak korporasi, lembaga pendanaan, pemerhati ESG dan akademisi itu merupakan rangkaian acara Sehati untuk Bumi. Dari diskusi ini nantinya akan dirumuskan rekomendasi kebijakan ESG untuk Indonesia. Rekomendasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan untuk pemerintah dalam penyusunan kebijakan maupun kajian lanjutan dalam implementasi ESG.
Foto: undefined
Peserta mengikuti Focus Group Discussion Republika bertajuk Rembuk ESG untuk Indonesia di Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Kamis (4/7/2024). FGD yang dihadiri perwakilan kementerian lembaga, pihak korporasi, lembaga pendanaan, pemerhati ESG dan akademisi itu merupakan rangkaian acara Sehati untuk Bumi. Dari diskusi ini nantinya akan dirumuskan rekomendasi kebijakan ESG untuk Indonesia. Rekomendasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan untuk pemerintah dalam penyusunan kebijakan maupun kajian lanjutan dalam implementasi ESG.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Senior Officer Sustainability Program & Performance Pertamina, Cahyo Andrianto menegaskan perusahaannya mulai beralih ke energi yang ramah lingkungan. Cahyo menyampaikan hal itu dalam FGD Republika 'Rembuk ESG untuk Indonesia' di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/7/2024).

Pertamina mendukung target pemerintah mencapai target Net Zero Emission pada 2060. Salah satu caranya dengan pengembangan bisnis low carbon. Ini semacam pengembangan binis baru melalui produksi energi terbarukan, dan sebagainya. Indonesia memiliki energi panas bumi (geothermal) terbesar di dunia.

Baca Juga

Potensi geothermal di tanah aitr mencapai 29 giga watt (GW). Saat ini baru 2-1 hinggaa 2,3 GW yang dimanfaatkan. Masih relatif kecil. "Nah, melihat potensi besar Indonesia di geothermal, Pertamina juga melalui anak usahanya PT Pertamina Geothermal, moving ke sana," ujar Cahyo.

Selanjutnya, Pertamina juga fokus pada proyek infrastruktur tenaga air, biofuel. Cahyo mengatakan salah satu penyumbang emisi terbesar yakni bahan bakar minyak (BBM). BBM merupakan produk perusahaan plat merah ini.

"Selain meningkatkan kualitas BBM dari yang kita hasilkan, kita juga mulai switching ke penggunaan Biofuel. Terus yang selanjutnya kita juga fokus ke bisnis karbon. Yang ke depannya itu menjadi driver utama bisnis energi," ujarnya. 

Pada akhirnya ESG juga menjadi fokus utama Pertamina. Muaranya menuju ke sana. Sebuah perusahaan yang juga concern pada kelestarian lingkungan.

Menurut Cahyo, investor Pertamina juga memperhatikan hal itu. Terutama investor dari luar negeri. Ini sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan saat mengembangkan melakukan proses produksi.

"Tuntutan dari investor kami ya, khususnya investor investor dari luar negeri itu menanyakan terkait NZE nya sudah ada belum? Climate change agendanya sudah ada belum? Dan ESG-nya sudah seperti apa? Nah, oleh karena itu dan itu impactnya apa?" tutur Senior Officer Sustainability Program & Performance Pertamina ini.

Ia menerangkan dalam tiga tahun terakhir Pertamina menunjukkan komitmen mengimplementasikan ESG. Pertamina memimpin skor tertinggi dari 61 perusahaan dunia (Khususnya untuk perusahaan minyak dan gas), berdasarkan peringkat dari Lembaga ESG Rating Sustainalytics. Skor Pertamina per 1 Desember 2023 adalah 20,7.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement