Kamis 04 Jul 2024 22:22 WIB

Pupuk Indonesia: FGD Sehati untuk Bumi Republika Banyak Memberi Kejutan

Pertanian adalah sektor yang sangat rentan terhadap perubahan iklim.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ahmad Fikri Noor
Peserta mengikuti Focus Group Discussion Republika bertajuk Rembuk ESG untuk Indonesia di Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Kamis (4/7/2024).
Foto: undefined
Peserta mengikuti Focus Group Discussion Republika bertajuk Rembuk ESG untuk Indonesia di Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Kamis (4/7/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- SPM Green Energy, Blue and Green Amonia PT Pupuk Indonesia (Persero) M Rozikin Busro mengatakan, Focus Group Discussion (FGD) Rembuk untuk Indonesia: Sehati untuk Bumi yang digelar Republika memberikan banyak materi dan kejutan. Ia mengatakan, gagasan dan rekomendasi yang diberikan peserta sangat mendukung implementasi Environment, Social, and Governance (ESG).

"Saya pikir ditindaklanjuti saja untuk beberapa poin yang krusial agar ESG ini memiliki ada peta jalannya," kata Rozikin di Bursa Efek Indonesia Jakarta, Kamis (4/6/2024).

Baca Juga

Sebelumnya, Rozikin mengatakan, Pupuk Indonesia adalah pihak yang terdampak langsung perubahan iklim. Sebab, mayoritas konsumen pupuk merupakan petani. Sementara, pertanian adalah sektor yang sangat rentan terhadap perubahan lingkungan dan iklim.

"Katakanlah bila terjadi pergeseran musim yang disebabkan dampak lingkungan, secara otomatis para petani akan menggeser masa tanamnya, atau mereka tidak membeli pupuk. Itu mempengaruhi pemasaran maupun sistem produksi kami," ujarnya.

Rozikin menjelaskan, Pupuk Indonesia memiliki kewajiban untuk terus memproduksi pupuk demi menjaga ketahanan pangan. Akan tetapi, jika petani tidak bisa membeli maka bisa berdampak pada persoalan kelebihan stok dan memenuhi gudang-gudang yang ada.

Rozikin juga merekomendasikan adanya climate stress test atau climate assessment. Climate stress test merupakan alat yang digunakan untuk menilai kerentanan suatu entitas terhadap risiko yang terkait dengan perubahan iklim.

"(Untuk mengetahui) seberapa besar sih dampaknya, jadi kami bisa prediksi, kami bisa atur, kapan kami bisa produksi besar, kapan kami menyesuaikan dengan lingkungan, iklim," katanya.

FGD Republika Sehati untuk Bumi ini berhasil terselenggara berkat dukungan PT Pertamina (Persero), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Telkomsel, PT Bukit Asam Tbk, PT Pupuk Indonesia (Persero), dan Bursa Efek Indonesia. Diskusi ini dihadiri berbagai pemangku kepentingan mulai dari unsur pemerintah, korporasi, akademisi, dan pemerhati lingkungan.

Para stakeholder ini berbagi pengalaman dan tantangan untuk memenuhi ESG. Kemudian, bagaimana ESG dapat diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan mendorong target pemerintah dalam mencapai net-zero 2060.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement