Jumat 26 Jul 2024 10:04 WIB

Merawat Kelestarian Air Hingga ke Hilir Sungai Pusur

Upaya konservasi di tengah Sungai Pusur dilakukan salah satunya dengan wisata air.

Petani perempuan Giyarti (kiri), Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa Bulurejo Klaten Agus Sriyono (kedua dari kiri), dan Forum Relawan Irigasi bekerja mendukung pertanian ramah lingkungan di Desa Sudimoro melalui budidaya padi sehat dan hortikultura serta meningkatkan pengelolaan irigasi.
Foto: Republika/Indira Rezkisari
Petani perempuan Giyarti (kiri), Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa Bulurejo Klaten Agus Sriyono (kedua dari kiri), dan Forum Relawan Irigasi bekerja mendukung pertanian ramah lingkungan di Desa Sudimoro melalui budidaya padi sehat dan hortikultura serta meningkatkan pengelolaan irigasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Defisit air sangat mungkin terjadi. Penyebabnya pun semakin banyak mulai dari ulah manusia hingga kerusakaan lingkungan yang makin ekstrem.

Sadar akan pentingnya menjaga resapan air agar defisit air tidak terjadi, perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Aqua melakukan upaya melestarikan sumber mata airnya dengan konservasi lingkungan di hulu, tengah, hingga hilir. Untuk pabriknya yang di Klaten, Jawa Tengah, upaya dimulai dengan melestarikan sumber daya air di Sub-DAS (Daerah Aliran Sungai) Pusur.

Baca Juga

Head of Climate & Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni, mengatakan tak hanya melestarikan di hulu. Upaya serupa dilakukan pula di tengah dan hilir Sub-DAS Pusur.

Di kawasan tengah sub-DAS Pusur, upaya yang dilakukan melalui pengembangan Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati). Taman ini merupakan kawasan lindung bagi flora fauna endemik sekaligus merupakan lokasi rumah sumber Aqua. Taman seluas 4,6 hektare tersebut, memiliki lebih dari 200 spesies tanaman dengan jumlah populasi mencapai lebih dari 1.000 tanaman. Taman juga bermanfaat untuk menjamin keseimbangan ekosistem di sekitar sumber air Aqua, sekaligus menjadi situs edukasi dan rekreasi.

Di bagian tengah ini upaya konservasi kini berkembang menjadi wisata yang dikelola masyarakat sekitar pabrik. Yaitu wisata umbul dan river tubing yang populer di Klaten.

Stakeholder Relations Manager Pabrik Aqua Klaten, Rama Zakaria, mengatakan awalnya perusahaan menggandeng sejumlah mitra lokal untuk sama-sama menjaga kebersihan Sungai Pusur yang merupakan anak Sungai Bengawan Solo. "Mulanya di 2017 kami sama-sama menyusuri sungai membersihkan sampah-sampahnya, lama-lama setelah makin bersih, wisata kian menarik. Sekarang ini pengelola wisata kalau tahu akan ada bookingan dari hari sebelumnya mereka sudah membersihkan sungai, supaya wisawatan senang melihat wisata sungai ini," kata Rama, dalam media visit, Rabu (24/7/2024).

Komunitas yang biasa bekerjasama membersihkan sungai juga bertambah. Rama mengatakan, dari satu komunitas sekarang ada delapan.

Meski sungai yang dibersihkan sampahnya sebenarnya tidak menjadi bagian dari air yang digunakan Aqua untuk minuman dalam kemasannya, namun Rama mengatakan upaya menjaga ekosistem hanya bisa dilakukan dari hulu ke hilir. "Kita tidak bisa cuma mengurus di hulu, yang meskipun di situ area resapannya. Tanpa menjaga juga yang di tengah dan hilir," sambung Rama.

Untuk konservasi kawasan hilir sub-DAS Pusur, Aqua menggandeng Forum Relawan Irigasi menggarap program Revitalisasi Jogo Toya Kamulyan di Klaten. Program ini mengelola jaringan irigasi secara swadaya seluas 300 hektare atau 53 persen dari total 569 hektar lahan pertanian di tujuh desa kecamatan Juwiring yang tidak mendapatkan aliran air. Program berhasil membantu petani dalam menghidupkan kembali lahan tidur yang selama ini tidak teraliri air.

Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa Bulurejo Klaten, Agus Sriyono, mengatakan masalah di daerahnya dulu adalah keterbatasan air untuk pertanian pada musim kemarau. Ia menyebut, orang dulu menjuluki mereka sebagai petani diesel.

Alasannya, petani di kawasan hilir Sungai Pusur mengandalkan air menggunakan pompa diesel tidak melalui pengairan saluran irigasi. “Dulu, ketika musim kemarau petani tidak bisa tanam padi, karena air irigasi tidak sampaike lahan kami karena saluran irigasi yang rusak dan tidak ada upaya pemeliharaan. Sedangkan ketika musim hujan, karena saluran air rusak, sedimentasi, atau tersumbat sampah, terjadi banjir atau genangan. Kedua hal tersebut sungguh memengaruhi mata pencaharian kami," kata Agus.

Selain memperbaiki irigasi, Aqua juga menggagas inisiatif penggunaan pupuk ramah lingkungan. Terutama untuk tanaman padi.

Salah seorang petani perempuan di Bulurejo, Giyarti, mengatakan awalnya tidak mudah menggunakan pupuk alami. Tanaman tidak langsung meresepons setelah penggunaan pupuk alami.

"Tapi setelah beberapa kali, baru kelihatan hasilnya. Malah lebih bagus pakai pupuk alami dibanding pupuk kimia, yang harganya mahal kalau tidak disubsidi dan langka," ujarnya.

Giyarti sebagai petani bahkan kini kecipratan dampak ekonomi karena tetangga-tetangganya memilih membeli pupuk buatannya. Ia mengaku meracik pupuknya menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar, misalnya buah maja atau buah johar dicampur tembakau dan bunga rondo royal. "Yang penting itu tahu manfaatnya buat tanaman apa," katanya.

Ratih Anggraeni mengatakan, semua upaya tersebut dari hulu ke hilir bertujuan agar perusahaan membantu turut menahan laju perubahan iklim sekaligus melestarikan sumber air. Krisis iklim yang tak dicoba dikendalikan pasalnya berdampak bagi keberlanjutan sumber daya air dan keberlangsungan hidup manusia.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement