Rabu 14 Aug 2024 17:00 WIB

Menaker Dorong Dunia Usaha Terapkan Paradigma Produktivitas Hijau

Transisi menuju produktivitas hijau untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

Pekerja mengecek inverter di area pembangunan PLTS untuk IKN di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis (15/2/2024).
Foto: ANTARA FOTO
Pekerja mengecek inverter di area pembangunan PLTS untuk IKN di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis (15/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengingatkan dunia usaha di Indonesia harus menerapkan paradigma green productivity atau produktivitas hijau, meski membutuhkan investasi yang besar tapi dapat menjadi jawaban jangka panjang untuk isu produktivitas.

"Green productivity bagi pelaku industri bukan merupakan sebuah pilihan melainkan harus, sebagai sebuah paradigma yang harus diterapkan dalam menjalankan usaha. Ini tentu komitmen yang luar biasa kita harapkan dari dunia usaha," ucap Ida dalam Seminar Nasional Green Productivity 2024 yang diadakan di Jakarta, Rabu (14/8/2024).

Baca Juga

Menaker mengatakan bahwa transisi menuju produktivitas yang lebih hijau untuk mendukung pembangunan berkelanjutan memang membutuhkan investasi yang besar, termasuk untuk biaya penelitian dan pengembangan, pengadaan teknologi dan strategi produksi, pengelolaan limbah industri, serta pengembangan sumber daya manusia.

Tahapan menuju produktivitas hijau, lanjut dia, juga akan mempengaruhi beragam harga penjualan dalam jangka pendek, sehingga menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi para pelaku di sektor industri untuk beralih ke proses yang lebih ramah lingkungan.

"Akan tetapi dalam jangka panjang konsep green productivity diharapkan dapat menjadi salah satu jawaban dalam mengurangi dampak buruk bagi lingkungan, yang pada akhirnya akan mendorong penghematan biaya dan mencapai tingkat efisiensi dan produktivitas," tutur Ida.

Menaker memastikan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) terus meluncurkan berbagai program yang mendukung percepatan produktivitas hijau, termasuk dengan kolaborasi lintas sektor dengan dunia usaha, sektor industri, dan pendidikan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement