Ahad 06 Oct 2024 12:56 WIB

Perusahaan Energi Surya Tumbuh Pesat di Afrika

Perlu lebih banyak investasi agar seluruh rumah dan bisnis di Afrika terlistriki.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
PLTS (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
PLTS (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, FREETOWN -- Perusahaan-perusahaan yang menyalurkan listrik tenaga surya ke pemukiman termiskin di barat dan tengah Afrika mengatakan pertumbuhan energi surya di Afrika salah satu yang tercepat di dunia. Pemerintah-pemerintah di benua itu kesulitan mengatasi masalah infrastruktur dan dampak perubahan iklim.

Perusahaan-perusahaan yang dimiliki orang Afrika itu beroperasi di daerah yang tidak dialiri jaringan listrik. Mereka menawarkan produk-produk mulai dari lampu tenaga surya yang membuat anak-anak bisa belajar pada malam hari sampai sistem rumah canggih seperti dapur atau televisi tenaga surya.

Harga yang ditawarkan mulai 20 dolar AS untuk lampu hingga ribuan dolar untuk peralatan rumah dan sistem hiburan. Barat dan Tengah Afrika merupakan kawasan dengan angka kelistrikan paling rendah di dunia.

Bank Dunia mengatakan tingkat kelistrikan di Afrika Barat hanya sekitar 8 persen, sekitar 220 juta orang hidup tanpa listrik. Banyak yang mengandalkan minyak tanah dan bahan bakar lain untuk memenuhi kebutuhan rumah dan bisnis. Sementara minyak tanah menghasilkan asap dan berisiko menyebabkan kebakaran.

Pada Pertemuan Perubahan Iklim terakhir, dunia sepakat meningkatkan kapasitas pembangkit listrik energi terbarukan tiga kali lipat pada tahun 2050. Meski kontribusi Afrika terhadap emisi karbon sangat kecil bila dibandingkan luasnya, tenaga surya menjadi cara dengan biaya terendah untuk menyediakan listrik.

Dalam laporannya awal tahun ini, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan perusahaan-perusahaan kecil-menengah di sektor listrik tenaga surya mengalami kemajuan pesat dalam menjangkau rumah-rumah. Tapi masih perlu lebih banyak investasi agar seluruh rumah dan bisnis di Afrika dapat dialiri listrik.

IEA mengatakan sekitar 600 juta dari 1,3 miliar warga Afrika kekurangan akses ke listrik. Salah satu perusahaan listrik tenaga surya yang beroperasi di Afrika masuk dalam daftar perusahaan dengan pertumbuhan tercepat di Afrika versi Financial Times pada tahun 2023 lalu.

Easy Solar yang dimiliki warga Afrika menyalurkan listrik tenaga surya ke rumah-rumah dan bisnis di Sierra Leone dan Liberia. Daftar Financial Times berdasarkan tingkat pertumbuhan pendapatan tahunan gabungan.

Salah satu pendiri Easy Solar Nthabiseng Mosia tumbuh di Ghana dan kerap mengalami pemadaman listrik. Ia tertarik mengatasi masalah energi di Afrika saat berkuliah di Amerika Serikat. Bersama teman sekelasnya di AS, Mosia mendirikan perusahaan di Sierra Leone yang memiliki tingkat kelistrikan terendah di kawasan Afrika Barat.

"Saat itu tidak ada yang melakukan penyaluran listrik dengan tenaga surya di skala itu, dan kami pikir ini peluang yang bagus," kata Mosia.

Sejak diluncurkan pada tahun 2016, Easy Solar sudah menyalurkan listrik ke hampir satu juta warga Sierra Leone dan Liberia yang totalnya memiliki 14 juta populasi. Jaringan perusahaan itu termasuk agen dan toko di 16 distrik di Sierra Leone dan tujuh di sembilan kabupaten di Liberia.

Banyak warga yang pertama kalinya terhubung dengan jaringan listrik yang stabil. "Kami benar-benar ingin melangkah sampai mil terakhir masuk ke daerah pedesaan," kata Mosia.

Perusahaan itu menggelar proyek awalnya di Songo, pemukiman pinggir Ibukota Freetown, Sierra Leone. Mosia mengatakan awalnya penerimaan masyarakat berjalan lambat. Warga khawatir dengan harga perangkat rumah tenaga surya tapi ketika mereka mulai melihat cahaya di malam di rumah-rumah tetangga semakin banyak yang mendaftar.  

"Kami sudah lama melupakan minyak tanah, sebelum Easy Solar kami hidup dalam bahaya kebakaran dari penggunaan lilin dan minyak tanah" kata warga Songo Haroun Patrick Samai.

Perusahaan listrik tenaga surya asal Kongo, Altech juga masuk dalam daftar perusahaan yang paling cepat tumbuh di Afrika. Menurut Bank Dunia kurang dari 20 persen populasi Kongo yang memiliki akses ke listrik.

Saat masih anak-anak, para pendiri Altech Washikala Malango dan Iongwa Mashangao melarikan diri dari daerah konflik Provinsi Kivu Selatan dan tumbuh besar di Tanzania. Mereka memutuskan meluncurkan perusahaan pada tahun 2013 untuk membantu mengatasi masalah energi yang mereka alami selama mereka tinggal di kamp pengusian.

Saat itu mereka mengandalkan minyak tanah untuk penerangan dan berebut cahaya dengan anggota keluarga lainnya untuk belajar di malam hari. Kini Altech beroperasi di 23 dari 26 provinsi di Kongo.

Perusahaan itu berharap dapat menjangkau provinsi-provinsi yang tersisa pada akhir tahun ini. Para pendirinya mengatakan mereka sudah menjual lebih dari 1 juta produk tenaga surya di seluruh Kongo mulai dari lampu, peralatan rumah tangga sampai generator listrik.

“Bagi sebagian besar pelanggan kami, ini adalah pertama kalinya mereka terhubung ke sumber listrik,” kata Malango.

Malango menambahkan tingkat pembayaran di atas 90 persen. Dibantu sistem yang dapat mematikan aliran listrik dari jarak jauh bila orang tidak membayar.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement