REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Manajer Program Zero Waste Ecoton Tonis Afrianto menilai perlunya infrastruktur pengomposan diperbanyak untuk mengelola sampah organik seperti sisa makanan yang mengisi komposisi terbesar sampah di Indonesia. Sebab, jenis sampah sisa makanan yang masuk dalam jenis sampah organik mengisi sebagian besar timbulan sampah secara nasional di Indonesia.
Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), pada 2023 terdapat 40,1 juta ton timbulan sampah secara nasional, dengan 39,62 persen atau sebanyak 15,8 juta ton di antaranya adalah sampah sisa makanan.
Secara khusus dia menyoroti Jawa Timur, lokasi pusat operasi Ecoton, di mana sampah organik seperti sisa makanan juga mendominasi komposisi sampah.
"Kalau menurut hemat saya memang harus disiapkan infrastruktur pengomposan yang lebih banyak, jadi kalau sampah organik lebih banyak composter harus lebih banyak juga," katanya, Kamis (9/1/2025).
Namun, keberadaan infrastruktur tersebut juga perlu diiringi dengan peningkatan kesadaran masyarakat terkait pemilahan dan pentingnya pengurangan serta pengelolaan timbulan sampah.
Secara khusus dia merujuk pada laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021 yang memperlihatkan baru 9,14 persen masyarakat yang selalu melakukan pemilahan sampah.
Di sisi lain, laporan BPS pada 2018 juga memperlihatkan sebanyak 81,4 persen masyarakat tidak peduli pada sampah plastik ketika berbelanja.
Untuk mendorong ketaatan dalam pemilahan dan pengurangan sampah plastik sekali pakai juga perlu dorongan regulasi, jelasnya. Dengan penelitian yang dilakukan Ecoton terkait dampak larangan plastik sekali pakai di Bali memperlihatkan penurunan 51-57 persen pengurangan setelah aturan itu diberlakukan.
"Mungkin kita perlu mendorong kolaborasi dengan pemerintah agar menciptakan regulasi pembatasan plastik sekali pakai," katanya.