Rabu 15 Jan 2025 19:03 WIB

TPST Tegallega Bandung Olah Sampah Jadi Bahan Bakar Alternatif

Saat ini kapasitasnya mencapai 22 hingga 25 ton per hari.

Aktivitas operasional Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Tegallega, Kota Bandung, yang dilengkapi dengan mesin canggih, Selasa (14/1/2025). TPST Tegalega memiliki peran strategis untuk mendukung pengelolaan sampah di Kota Bandung, sekaligus mendukung keberlanjutan industri dengan solusi berbasis ekonomi sirkular. Sampah yang diolah di TPST ini merupakan hasil pemilahan dari TPS lain dan sampah dari taman-taman di Kota Bandung.
Foto: Edi Yusuf
Aktivitas operasional Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Tegallega, Kota Bandung, yang dilengkapi dengan mesin canggih, Selasa (14/1/2025). TPST Tegalega memiliki peran strategis untuk mendukung pengelolaan sampah di Kota Bandung, sekaligus mendukung keberlanjutan industri dengan solusi berbasis ekonomi sirkular. Sampah yang diolah di TPST ini merupakan hasil pemilahan dari TPS lain dan sampah dari taman-taman di Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menyebutkan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Tegallega mampu mengolah sampah sebanyak 25 ton per hari menjadi bahan bakar alternatif atau Refuse Derived Fuel (RDF). Bahan bakar itu digunakan untuk industri semen.

“Kami melihat proses pendampingan dan operasional TPST Tegalega.Tahap pengujiannya sudah selesai, dan mesin-mesin di sini sudah berfungsi dengan baik. Saat ini kapasitasnya mencapai 22 hingga 25 ton per hari. Produk akhirnya digunakan sebagai bahan bakar industri semen,” kata Penjabat Wali Kota Bandung A Koswara di Bandung, Rabu (15/1/2025).

Koswara mengungkapkan TPST Tegallega memiliki peran strategis dalam mendukung pengelolaan sampah di Kota Bandung. Menurut dia, sampah yang diolah di TPST ini bukan berasal langsung dari rumah tangga, melainkan hasil pemilahan dari TPS maupun sampah dari taman-taman di Kota Bandung.

“Sampah tersebut berupa residu yang telah disortir, daun, ranting, dan sampah organik lainnya,” katanya.

Dirinya menegaskan pentingnya pemilahan sampah sejak dari sumber. Jika sampah sudah dipilah dari rumah tangga, maka prosesnya akan lebih efisien.

"Namun, saat ini sampah dari sumber masih harus dipilah ulang di TPS sebelum dikirim ke TPST Tegallega. Ini menambah beban kerja dua kali,” katanya.

Jika hal ini berjalan konsisten, ia optimistis kebutuhan akan TPA seperti Sarimukti dan Legoknangka dapat dikurangi, bahkan tidak diperlukan lagi.

"Jika sudah mencapai bebas sampah, kita patenkan pola ini sebagai pengelolaan permanen. TPS akan difungsikan sebagai tempat pemanfaatan sampah, bukan lagi sebagai pembuangan," ujarnya.

Koswara menekankan pentingnya membuat sistem pengelolaan sampah di kota ini secara permanen agar tidak kembali pada kondisi darurat.

Kedaruratan pengelolaan sampah tidak boleh terjadi lagi. “Bebas sampah menjadi target utama kami. Jika semua sudah siap, kita bisa mulai pelaksanaannya pekan depan," kata Koswara.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement