Selasa 28 Jan 2025 23:40 WIB

PBB: Cuaca Ekstrem Dorong Risiko Kelaparan di Amerika Latin

Negara Amerika Latin dan Karibia sangat bergantung pada pertanian dan peternakan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
 Petani bekerja di tanaman bawang merah di provinsi Cartago, Kosta Rika, 31 Agustus 2021 (dikeluarkan 1 September 2021).
Foto: EPA-EFE/Jeffrey Arguedas
Petani bekerja di tanaman bawang merah di provinsi Cartago, Kosta Rika, 31 Agustus 2021 (dikeluarkan 1 September 2021).

REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO -- Laporan berbagai lembaga PBB mengungkapkan variabilitas iklim dan peristiwa cuaca ekstrem menghantui sedikitnya 20 negara Amerika Latin. Kenyataan ini meningkatkan risiko kelaparan dan kekurangan gizi di kawasan tersebut.

Variabilitas iklim merujuk pada fluktuasi alami dalam kondisi iklim yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Variabilitas mencakup perubahan suhu, curah hujan, dan pola cuaca yang dapat terjadi dari tahun ke tahun atau bahkan dalam periode yang lebih pendek.

Baca Juga

Variabilitas dapat disebabkan berbagai faktor, termasuk fenomena alam, interaksi atmosfer, dan perubahan dalam sistem iklim global.

Negara-negara Amerika Latin dan Karibia sangat bergantung pada pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. Sektor pertanian yang berhubungan langsung dengan ketahanan pangan rentan terhadap kekeringan, banjir dan badai.

"Variabilitas iklim dan peristiwa cuaca ekstrem mengurangi produktivitas pertanian, mengganggu rantai pasokan pangan, meningkatkan harga, berdampak pada lingkungan pangan, dan mengancam kemajuan dalam mengurangi kelaparan dan kekurangan gizi di wilayah tersebut," kata laporan yang berjudul Regional Overview of Food Security and Nutrition 2024, Selasa (28/1/2025).

Laporan itu mengungkapkan peristiwa cuaca ekstrem berdampak pada 74 persen negara-negara Amerika Latin dan Karibia. Setengah dari negara-negara yang dianalisis berisiko mengalami malnutrisi. Laporan itu mengatakan pada 2023 sekitar 41 juta orang atau 6,2 persen dari populasi dua kawasan tersebut mengalami kelaparan.

Laporan itu mencatat sejumlah kemajuan. Jumlah orang yang mengalami kelaparan pada 2023 berkurang 2,9 juta dibandingkan 2022 dan berkurang 4,3 juta orang dibanding 2021. Tapi lembaga-lembaga PBB memperingatkan tren penurunan jumlah orang yang mengalami kelaparan ini terancam krisis iklim.

Laporan ini disusun lima lembaga PBB; Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian, Organisasi Kesehatan Pan Amerika, Program Pangan Dunia, dan Dana Anak-anak PBB (UNICEF).

photo
Perubahan iklim ancam 100 juta warga Afrika. - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement