REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK - Tim Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) Universitas Indonesia (UI) bersama dengan Monash University dan University of Melbourne memaparkan hasil penelitian mengenai peran perempuan menghadapi dampak kesehatan akibat perubahan iklim.
Penelitian ini merupakan kolaborasi yang telah dilakukan sejak Agustus 2023 dan mendapat dukungan pendanaan dari KONEKSI Research Grant Pilot.
“Langkah-langkah ini dapat memperkuat kapasitas perempuan dalam menghadapi dampak perubahan iklim dan meningkatkan ketahanan keluarga serta komunitas terhadap bencana," kata Ketua Penelitian Ns. Suryane Sulistiana Susanti di Kampus UI Depok, Selasa, (18/2/2025).
Namun, untuk bisa melakukannya, mereka membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama pemerintah yang harus lebih proaktif dalam memberikan edukasi serta sumber daya yang dibutuhkan.
Salah satu temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa perubahan iklim memicu bencana alam, seperti banjir rob, yang merusak lingkungan dan meningkatkan risiko penyakit berbahaya. Banjir rob tak hanya menyebabkan kerusakan fisik, tetapi juga memicu infeksi kulit, demam, gangguan pernapasan, bahkan kelelahan ekstrem.
Lebih dari itu, perempuan yang merawat keluarga sering kali harus berjuang lebih keras untuk memastikan kesehatan keluarga mereka setelah bencana, menjadikan mereka kelompok yang paling rentan terhadap dampak kesehatan ini.
Walaupun banyak perempuan sudah memahami pentingnya berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim, seperti melalui penanaman pohon atau pengelolaan limbah, banyak dari mereka yang belum mengetahui langkah-langkah konkret yang bisa mereka lakukan. Hal ini terjadi karena kurangnya panduan teknis yang jelas dari pihak berwenang yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini juga menemukan berbagai solusi efektif untuk mengatasi masalah tersebut, yang diharapkan dapat memperkuat peran perempuan dalam mitigasi dampak kesehatan akibat perubahan iklim, di antaranya pengelolaan limbah yang efisien dan ramah lingkungan; edukasi tentang perubahan iklim dan kesehatan; pelatihan pemberdayaan ekonomi berkelanjutan; dan pelatihan kader kesehatan berbasis siklus kehidupan.
Ia menegaskan bahwa perubahan iklim tidak hanya berdampak pada masyarakat perkotaan, tetapi juga masyarakat pedesaan yang sering kali memiliki keterbatasan dalam mengakses informasi dan sumber daya. Banyak bencana seperti banjir rob dan kekeringan yang tidak diidentifikasi dengan baik sebagai akibat dari perubahan iklim.
“Melalui diskusi ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya tindakan kolektif dalam menghadapi perubahan iklim, serta mendorong pemerintah untuk lebih aktif dalam mitigasi dan menyediakan lebih banyak dukungan bagi perempuan untuk menghadapi tantangan besar ini,” kata Ns. Suryane.
Dekan FIK UI Tutik Sri Hariyati, menyampaikan penelitian ini tidak hanya menyoroti dampak langsung perubahan iklim, tetapi juga menunjukkan peran krusial yang dapat dimainkan perempuan dalam mitigasi dampak tersebut.
"Sebagai profesional kesehatan dan pemimpin dalam masyarakat, sudah menjadi tugas kami untuk memberdayakan perempuan dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan ini dan memastikan kesejahteraan generasi mendatang,” kata Tutik.