Senin 17 Mar 2025 14:58 WIB

Kebakaran Hutan Ancam Australia Akibat Gelombang Panas

Pihak berwenang melarang pembakaran dalam bentuk apa pun di Sydney.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
 Foto selebaran yang disediakan oleh Departemen Kebakaran dan Layanan Darurat Australia Barat (DFES) menunjukkan petugas pemadam kebakaran sedang memadamkan api di Wooroloo, dekat Perth, Australia Barat, Australia, 02 Februari 2021 (dikeluarkan 3 Februari 2021). Lebih dari 70 rumah hancur akibat kebakaran hutan yang tak terkendali di pinggiran timur laut Perth sejak 01 Februari.
Foto: EPA-EFE/EVAN COLLIS/DFES
Foto selebaran yang disediakan oleh Departemen Kebakaran dan Layanan Darurat Australia Barat (DFES) menunjukkan petugas pemadam kebakaran sedang memadamkan api di Wooroloo, dekat Perth, Australia Barat, Australia, 02 Februari 2021 (dikeluarkan 3 Februari 2021). Lebih dari 70 rumah hancur akibat kebakaran hutan yang tak terkendali di pinggiran timur laut Perth sejak 01 Februari.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Gelombang panas di Negara Bagian New South Wales (NWS) berisiko memicu kebakaran hutan di Australia. Pihak berwenang melarang pembakaran dalam bentuk apa pun di Sydney.

NWS akan segera mengakhiri musim risiko tinggi kebakaran hutan yang berlangsung sampai akhir Maret. Negara bagian itu wilayah yang paling terdampak dalam kebakaran "Black Summer" tahun 2019-2020 yang menghancurkan area seluas Turki dan menewaskan 33 orang.

Prakiraan cuaca nasional Australia mengatakan suhu di sejumlah wilayah di negara bagian itu kemungkinan akan sebesar 12 derajat Celsius di atas rata-rata. Suhu di Sydney yang merupakan kota terpadat di Australia mencapai 37 derajat Celsius.  

Berdasarkan data prakiraan cuaca, suhu di bandara Sydney mencapai 29,3 derajat Celsius pada pukul 09.30 pagi waktu setempat. Tiga derajat lebih panas dari rata-rata suhu maksimal bulan Maret.

"(Angin kencang) dengan kondisi panas dan relatif lembab akan mengakibatkan kebakaran ekstrem yang berbahaya di wilayah sekitar Sydney," kata prakiraan cuaca Australia, Pada Ahad (16/3/2025).

Di media sosial X, Badan Pemadam Kebakaran NWS mengatakan larangan melakukan pembakaran diberlakukan di seluruh negara bagian termasuk Sydney karena "kondisi panas, kering dan berangin."

Kepada Australian Broadcasting Corp, pejabat Otoritas Pemadam Kebakaran Negara Bagian Victoria Bernard Barbetti mengatakan sebuah rumah di pinggir Melbourne hangus akibat kebakaran hutan yang sedang diatasi 200 pemadam kebakaran.

Tahun lalu, badan sains negara Australia mengatakan perubahan iklim menyebabkan cuaca panas dan kebakaran ekstrem menjadi lebih umum di negara itu. Australia salah satu negara rawan kebakaran hutan dengan penduduk sekitar 27 juta.

Meteorolog di Biro Meteorologi Australia Dylan Bird mengatakan tidak jarang suhu udara menjadi hangat di bulan Maret. Pergantian menuju cuaca yang lebih dingin biasanya tidak terjadi sampai setelah ekuinoks musim gugur pada tanggal 20 Maret.

“Cara Australia menghadapi cuaca sangat aneh,” katanya seperti dikutip dari the Guardian.

Bird menjelaskan Australia satu-satunya negara di dunia yang menyelaraskan musimnya dengan bulan. Di negara lain tampaknya lebih menyelaraskan musim mereka dengan ekuinoks dan titik balik matahari.

“Jadi kami mengatakan musim panas dimulai pada bulan Desember, tetapi tidak benar-benar menjadi hangat sampai titik balik matahari, dan hal yang sama juga berlaku untuk musim gugur (dengan ekuinoks). Jadi, suhu udara baru akan menjadi dingin pada tanggal 20, yaitu hari Kamis ini," katanya. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement