REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sektor hutan, lahan dan pertanian (Forest, Land and Agriculture (FLAG)) dilaporkan menjadi penyumbang emisi terbesar dunia, setelah energi dan industri dengan menyumbang 22% emisi gas rumah kaca. Meski jadi penyumbang emisi, FLAG merupakan salah satu sektor yang paling terdampak oleh perubahan iklim.
Kesadaran akan perubahan iklim ini diwujudkan dengan bergabungnya perusahaan sektor FLAG ke dalam inisiatif global yang membantu perusahaan, atau suatu lembaga untuk menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca yang didasarkan pada sains dan bukti ilmiah yang mendukung target tersebut.
Inisiatif Target Berbasis Sains (SBTi) merupakan salah satu inisiatif global yang dipercaya oleh sektor korporasi untuk membantu mereka menetapkan standar, perangkat dan panduan yang memungkinkan perusahaan menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).
Lebih dari 4.000 perusahaan dari seluruh dunia telah bergabung dengan SBTi. Salah satu perusahaan Indonesia bergabung dengan SBTi, Tunas Sawa Erma Group.
Direktur TSE Group, Luwy Leunufna menjelaskan, TSE Group sejak 2023 memperkokoh komitmen kontribusi dalam upaya global mencapai zero emissions sampai dengan 2050 dengan menggandeng SBTi.