REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Pangan Nasional (NFA) mengungkapkan potensi timbulan sampah makanan (food waste) dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) bisa mencapai 1,1 hingga 1,4 juta ton per tahun. Temuan ini berdasarkan kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.
Pelaksana tugas Sekretaris Utama NFA, Sarwo Edhy, menjelaskan bahwa dari total food waste tersebut, sekitar 451 hingga 603 ribu ton tergolong edible food waste atau sisa makanan yang masih layak konsumsi.
“Berarti 451-603 ribu ton itu masih baik, makanan yang dapat dikemas kembali,” ujar Sarwo dalam konferensi pers di kantor NFA, Jakarta, Selasa (27/5/2025).
Sementara itu, sebanyak 671 hingga 896 ribu ton dikategorikan sebagai inedible food waste, yakni sisa makanan yang tak lagi bisa dikonsumsi manusia. Meski demikian, limbah ini masih memiliki potensi pemanfaatan, seperti dijadikan pakan ternak atau kompos.
“Kalau pakan ternak sudah tidak memungkinkan, takut ternaknya pada mati, bisa digunakan untuk kompos, pupuk, dan lainnya,” jelasnya.
Sarwo menekankan pentingnya penerapan prinsip ekonomi sirkular berbasis konsep 9R: refuse, rethink, reduce, reuse, repair, refurbish, remanufacture, repurpose, recycle. Ia mencontohkan praktik sederhana, seperti dalam rapat di mana konsumsi empat kue per orang sering kali hanya dua yang dimakan, sementara sisanya bisa dikemas ulang atau dimanfaatkan kembali.
“Semua sisa makanan harus dimanfaatkan hingga ke tingkat paling bawah, yakni pupuk kompos. Sehingga tidak ada yang terbuang percuma,” tegasnya.
Dalam pemaparannya, Sarwo juga menyoroti besarnya cakupan program MBG yang menyasar sekitar 80 juta penerima. Menurutnya, tanpa desain yang efisien dan berorientasi pada sirkularitas, program ini berisiko menambah beban limbah pangan secara nasional.
“Kalau tidak dikelola dengan baik, malah meningkatkan tekanan terhadap sistem pengelolaan limbah,” ujarnya.