Kamis 05 Jun 2025 19:00 WIB

Perhutani Bangun Ekonomi Desa Lewat Program PMO Kopi Nusantara

Petani dilibatkan dalam budi daya, pengolahan, hingga pemasaran kopi.

(Ilustrasi) Pekerja memetik kopi Arabika di Desa Sukorejo, Sumber Wringin, Bondowoso, Jawa Timur.
Foto: Antara/Seno
(Ilustrasi) Pekerja memetik kopi Arabika di Desa Sukorejo, Sumber Wringin, Bondowoso, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perum Perhutani menjalankan pemberdayaan masyarakat desa hutan melalui Project Management Office (PMO) Kopi & Kakao Nusantara. Program ini menjadi model kemitraan kehutanan berbasis agroforestri yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani, memperkuat ekonomi desa, sekaligus menjaga kelestarian hutan.

Lewat PMO Kopi, petani dilibatkan dalam budi daya, pengolahan, hingga pemasaran kopi berkualitas ekspor yang dikelola secara kolaboratif dan berkelanjutan.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyatakan, inisiatif ini menjadi langkah konkret Perhutani dalam mendorong pengembangan hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang berdampak langsung pada masyarakat sekitar hutan. Kementerian BUMN, kata dia, sangat mendukung upaya Perhutani yang dinilai sejalan dengan Asta Cita Presiden terpilih Prabowo Subianto, terutama poin keenam tentang pembangunan dari desa.

“Kami sangat mengapresiasi langkah Perhutani melalui model kemitraan seperti di KPH Bondowoso,” ujar Kartika yang akrab disapa Tiko, dalam keterangan tertulis, Kamis (5/6/2025).

PMO Kopi di Bondowoso saat ini melibatkan 40 petani dari Masyarakat Desa Hutan yang mengelola lahan seluas 18,06 hektare. Dari total tersebut, 14,06 hektare telah ditanami berbagai jenis kopi sejak 2019.

Program ini memfasilitasi pelatihan teknis, pendampingan agribisnis, serta menjamin akses petani ke pasar dan pembiayaan.

“Kita yakin kopi Ijen ini bagus kualitas ekspor. Kementerian BUMN punya program PMO Kopi, Perhutani punya lahan yang luas, masyarakat tanam kopi dan dibina PTPN, hasilnya diolah dan menjadikan nilai tambah yang tinggi,” kata Tiko.

Plt Direktur Utama Perhutani Natalas Anis menjelaskan, PMO Kopi & Kakao Nusantara merupakan bentuk sinergi antara Perhutani, petani hutan, mitra bisnis, dan penyedia sarana produksi pertanian. Dalam pelaksanaannya, seluruh proses transaksi dan pendanaan dilakukan secara digital melalui aplikasi Socioforest untuk menjamin transparansi dan efisiensi.

“Dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), kami tidak hanya meningkatkan produktivitas dan kualitas kopi, tetapi juga memastikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat desa hutan. Ini bentuk nyata dukungan kami terhadap agenda nasional Asta Cita yaitu pembangunan dari desa,” ujar Natalas.

PMO Kopi menjadi bagian dari integrasi program Kemitraan Kehutanan Perhutani (KKP) dan Kelompok Kemitraan Kehutanan Perhutani Produktif (KKPP), yang bertujuan memperkuat ekosistem usaha rakyat di sekitar hutan serta mendorong transformasi ekonomi desa secara inklusif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement