Senin 09 Jun 2025 18:29 WIB

Indonesia Dapat Pendanaan untuk Konservasi Hutan dan Satwa

Indonesia adalah negara penerima dana GEF terbesar.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Primata Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) berada di atas pohon saat habituasi pelepasliaran kembali ke habitatnya di kawasan Taman Nasional  Gunung Halimun Salak (TNGHS), Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (23/10/2024). Sebanyak 10 ekor Kukang Jawa dengan jenis kelamin tiga jantan dan tujuh betina hasil serahan masyarakat ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat dan dititip rawatkan di Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) dilepasliarkan ke habitat asalnya untuk menjaga populasi primata tersebut sebagai satwa endemik.
Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Primata Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) berada di atas pohon saat habituasi pelepasliaran kembali ke habitatnya di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (23/10/2024). Sebanyak 10 ekor Kukang Jawa dengan jenis kelamin tiga jantan dan tujuh betina hasil serahan masyarakat ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat dan dititip rawatkan di Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) dilepasliarkan ke habitat asalnya untuk menjaga populasi primata tersebut sebagai satwa endemik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Indonesia mendapatkan pendanaan baru dari Global Environment Facility (GEF) untuk memperkuat konservasi keanekaragaman hayati dan sumber daya alam. Dua proyek utama, ENABLE dan SPARE, disetujui dalam pertemuan Dewan GEF baru-baru ini.

GEF menyatakan, dukungan ini menandai pergeseran strategi konservasi Indonesia dari pendekatan terfragmentasi menuju pengelolaan berbasis bentang alam dan spasial yang inklusif, menyasar manfaat ganda bagi manusia dan lingkungan.

ENABLE (Excelling Protected Area Management Effectiveness for Biodiversity Conservation through Landscape-Based Approach) dan SPARE (Spatial-based Natural Forest Planning and Governance for Robust Ecosystems) masuk dalam gelombang pendanaan kedelapan GEF.

Kedua proyek dipimpin Kementerian Kehutanan bekerja sama dengan UNDP dan GEF. Targetnya, memperkuat perlindungan bentang alam bernilai konservasi tinggi, termasuk habitat harimau Sumatera, badak Sumatera, dan orangutan Kalimantan.

ENABLE akan menguji model manajemen inovatif berbasis bentang alam di tiga taman nasional, yaitu Gunung Leuser, Sebangau, dan Bogani Nani Wartabone. Lokasi ini akan dikembangkan sebagai Pusat Keunggulan (Center of Excellence) untuk memperluas praktik terbaik ke kawasan konservasi di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.

Sementara itu, SPARE akan mendukung perencanaan spasial dan tata kelola hutan di luar kawasan lindung, memperkuat perlindungan terhadap ekosistem bernilai tinggi yang terancam deforestasi dan praktik lahan tak berkelanjutan.

“ENABLE dan SPARE menegaskan komitmen UNDP mendukung Indonesia melindungi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati yang bernilai global,” kata Wakil Perwakilan Tetap UNDP Indonesia Sujala Pant, Senin (9/6/2025).

CEO GEF Carlos Manuel Rodríguez menekankan, Indonesia adalah negara penerima dana GEF terbesar dan salah satu negara dengan kekayaan hayati tertinggi di dunia. “Kami akan terus mendampingi Indonesia mencapai target global konservasi 2030,” ujarnya.

Direktur Jenderal KSDAE Satyawan Pudyatmoko menyebut ENABLE memperkuat posisi Indonesia dalam konservasi global. Adapun Dirjen Perencanaan Kehutanan Ade Tri Ajikusumah menyatakan SPARE akan memperkuat pengelolaan hutan berkelanjutan yang efisien.

Tahap berikutnya dari proyek ini akan melibatkan konsultasi pemangku kepentingan, evaluasi teknis, serta mobilisasi dana tambahan.

Keterlibatan sektor swasta juga akan difokuskan untuk membangun model bisnis kehutanan bebas deforestasi dan memperkuat pasar produk berkelanjutan.

Setelah sepenuhnya dilaksanakan, proyek-proyek ini akan memberikan berbagai manfaat. ENABLE, dengan total hibah sebesar 6,6 juta dolar AS selama enam tahun, bertujuan meningkatkan pengelolaan lebih dari 3 juta hektare kawasan lindung dan memperluas upaya konservasi ke 185.000 hektare bentang alam di sekitarnya.

Selain keuntungan lingkungan, proyek ini diperkirakan memberikan manfaat kepada sedikitnya 2.000 masyarakat lokal melalui inisiatif mata pencaharian berkelanjutan dan perjanjian konservasi partisipatif, menjadikan Indonesia sebagai pemimpin global dalam pembangunan berbasis alam.

Proyek SPARE, dengan pendanaan sebesar 6,1 juta dolar AS, akan memberikan manfaat sosial ekonomi bagi 10.000 orang untuk merestorasi lebih dari 4.000 hektare lahan dan ekosistem serta memperkuat pengelolaan lebih dari 1,6 juta hektare bentang alam guna mencegah hilangnya 25.000 hektare hutan bernilai konservasi tinggi (HCVF).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement