Rabu 11 Jun 2025 16:36 WIB

Ada RUPTL Baru, Ini Kunci PLN dalam Pengembangan EBT

PLN direncanakan membangun BESS.

Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Wakil Presiden Aneka Energi Baru Terbarukan PT PLN (Persero), Dewanto menyampaikan, baterai menjadi komponen penting dalam merealisasikan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025–2034.

“Perbedaan terbesar antara RUPTL yang lama dengan yang baru adalah penyediaan baterai,” ucap Dewanto pada forum tematik Powering Growth: Sustainable Energy through Infrastructure dalam acara International Conference on Infrastructure di Jakarta, Rabu (11/6/2025).

Baca Juga

Dewanto menjelaskan bahwa pembangunan baterai tersebut merupakan jawaban untuk mengatasi permasalahan intermitensi pada pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Adapun yang dimaksud dengan intermitensi adalah ketergantungan pembangkit listrik terhadap faktor cuaca.

“Ini (pembangunan baterai) untuk menjawab pertanyaan besar terkait intermitensi,” ucapnya.

Dalam RUPTL, PLN direncanakan membangun Battery Energy Storage System (BESS) dengan kapasitas 4,3 gigawatt (GW) dan PLTA pumped storage dengan kapasitas 6,0 GW. BESS merupakan sistem penyimpanan energi yang teknologinya tidak terbatas pada teknologi sel baterai, namun juga mencakup teknologi penyimpanan energi lainnya, seperti fuel cell hidrogen dan sebagainya.

Adapun pumped storage adalah metode penyimpanan energi dalam skala besar yang memanfaatkan air, yang kemudian dilepaskan kembali saat dibutuhkan sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

“PLN memerlukan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk merealisasikan ini,” kata Dewanto.

Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, termaktub target penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 gigawatt (GW).

Sebesar 61 persen dari penambahan pembangkit listrik, yakni 42,6 GW, berasal dari EBT; 15 persen atau 10,3 GW merupakan storage atau penyimpanan; serta 24 persen atau 16,6 GW berasal dari energi berbasis sumber daya fosil, seperti gas sebesar 10,3 GW dan batu bara sebesar 6,3 GW.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement