Selasa 24 Jun 2025 11:32 WIB

Pertamina NRE Gandeng Raksasa China Bangun Pabrik Panel Surya

Proyek ini diharapkan dapat menjawab meningkatnya permintaan modul surya.

Ilustrasi panel surya. Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) resmi menggandeng LONGi Green Technology Co. Ltd untuk membangun fasilitas manufaktur panel surya.
Foto: Dok Pertamina
Ilustrasi panel surya. Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) resmi menggandeng LONGi Green Technology Co. Ltd untuk membangun fasilitas manufaktur panel surya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) resmi menggandeng LONGi Green Technology Co. Ltd untuk membangun fasilitas manufaktur panel surya (fotovoltaik/PV) strategis di Indonesia. Proyek ini diharapkan dapat menjawab meningkatnya permintaan modul surya, baik di dalam negeri maupun kawasan Asia Tenggara.

“Dengan membangun kapasitas manufaktur lokal, kami ingin memperkuat rantai pasok solar PV dalam negeri, menurunkan biaya produksi, dan menciptakan lapangan kerja hijau yang berkeahlian tinggi,” ujar CEO Pertamina NRE John Anis, dikonfirmasi dari Jakarta, Selasa (24/6/2025).

Baca Juga

John menyatakan, inisiatif ini selaras dengan komitmen pemerintah terhadap pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Fasilitas manufaktur tersebut direncanakan memiliki kapasitas produksi sebesar 1,4 gigawatt (GW) per tahun. Teknologi yang akan digunakan adalah Hybrid Passivated Back Contact (HPBC) 2.0 tipe N dari LONGi, yang dikenal efisien dan unggul secara kinerja.

Lokasi proyek berada di Deltamas, Jawa Barat—wilayah yang dinilai strategis untuk distribusi dan efisiensi rantai pasok. Pabrik ini juga diproyeksikan menyerap tenaga kerja lokal dan berkontribusi pada penguatan perekonomian nasional.

LONGi adalah salah satu perusahaan teknologi surya terbesar dan paling berpengaruh di dunia, yang berbasis di Xi’an, China. Perusahaan ini dikenal sebagai pemimpin global dalam produksi wafer silikon monokristalin, sel surya, dan modul fotovoltaik (PV). LONGi secara konsisten menempati peringkat teratas dalam volume pengiriman dan pangsa pasar modul surya secara global.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani menyambut baik proyek ini, karena mendukung target bauran energi nasional sebesar 34,3 persen hingga 2034. Proyek ini juga mendukung Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dengan tambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 GW, di mana 42,6 GW di antaranya berasal dari pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT).

“Kami berharap proyek ini berjalan lancar dan dapat mempercepat proses transisi energi nasional,” kata Eniya.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, kapasitas produksi panel surya dalam negeri saat ini baru mencapai 1,6 GWp per tahun. Proyek ini akan mendorong peningkatan kapasitas nasional menjadi 3 GWp per tahun, sejalan dengan target pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 300–400 GWp pada 2060.

Pemerintah juga telah menyusun peta jalan permintaan panel surya hingga 2035, menjadikan proyek ini strategis dalam mendukung RUPTL ramah lingkungan, pengembangan supply chain industri energi terbarukan, serta program hidrogen hijau (green hydrogen) ke depan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement