Kamis 21 Aug 2025 14:37 WIB

BMKG: Waktu Evakuasi Tsunami di Ternate Hanya 6 Menit

Ketinggian gelombang tsunami bisa mencapai 13 meter di pesisir Ternate.

Dua anak bermain bola di pesisir pantai di Kelurahan Kalumata, Kota Ternate, Maluku Utara, Ahad (5/11/2023). BMKG melatih warga Ternate untuk mengantisipasi potensi tsunami.
Foto: Antara/Andri Saputra
Dua anak bermain bola di pesisir pantai di Kelurahan Kalumata, Kota Ternate, Maluku Utara, Ahad (5/11/2023). BMKG melatih warga Ternate untuk mengantisipasi potensi tsunami.

REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan waktu evakuasi tsunami di Kota Ternate, Maluku Utara, sangat terbatas. Berdasarkan pemodelan skenario terburuk, gelombang tsunami bisa tiba di pesisir hanya dalam waktu enam menit setelah gempa.

Deputi Bidang Geofisika BMKG Nelly Florida Riama menjelaskan, potensi tsunami di wilayah ini bisa berasal dari dua sumber sekaligus, yakni gempa tektonik dan letusan gunung api. “Pertanyaannya bukan lagi kapan terjadi, tetapi ketika terjadi, apakah kita siap? Ini bukan untuk menimbulkan kekhawatiran melainkan untuk membangun kewaspadaan berbasis data,” ujar Nelly dalam Sekolah Lapang Gempa dan Tsunami (SLG) di Kelurahan Rua, Ternate, Selasa (19/8), dikutip dari siaran pers.

Baca Juga

Zona subduksi ganda Laut Maluku disebut sebagai salah satu kawasan tektonik paling aktif di dunia. Pusat Studi Gempa Nasional (PusGeN) 2024 mencatat potensi gempa dari Halmahera Trust bisa mencapai magnitudo 8,3.

Dalam catatan sejarah, tsunami sudah pernah melanda kawasan ini pada 1846 dan 1859, sementara letusan Gunung Gamalama juga memicu tsunami pada 1608 dan 1772.

Dalam 10 tahun terakhir, BMKG merekam 13 kali gempa kuat di zona ini, dua di antaranya memicu tsunami minor pada 2014 dan 2019. Bahkan, berdasarkan pemodelan, ketinggian gelombang tsunami bisa mencapai 13 meter di pesisir Ternate.

SLG Ternate kali ini diikuti 42 peserta dari unsur BPBD, TNI, Polri, masyarakat, SKPD, sekolah, media, hingga swasta. Peserta dibekali ilmu membaca peta bahaya, merancang jalur evakuasi, dan simulasi respons peringatan dini.

Hingga Agustus 2025, program Sekolah Lapang Gempa dan Tsunami sudah menjangkau 185 lokasi di Indonesia, termasuk sembilan kali penyelenggaraan di Maluku Utara sejak 2015.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement