REPUBLIKA.CO.ID, PARIS — Perusahaan listrik Prancis, Électricité de France (EDF), terpaksa mengurangi output listrik setelah sekawanan ubur-ubur menyumbat sistem pendingin Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Paluel di pesisir utara Prancis. Ini menjadi kejadian kedua dalam sebulan terakhir.
EDF menyampaikan, ubur-ubur memenuhi filter di stasiun pompa yang mengambil air dari Selat Inggris untuk mendinginkan reaktor. Untuk mencegah kerusakan dan memulai pembersihan, perusahaan menutup satu reaktor sepenuhnya dan mengurangi daya pada reaktor lain. Akibatnya, kapasitas produksi PLTN Paluel terpangkas 2,4 gigawatt, hampir separuh dari total kapasitas 5,2 gigawatt.
Insiden ini terjadi pada Kamis (4/9/2025), kurang dari tiga pekan setelah PLTN Gravelines di pesisir utara juga terpaksa ditutup sementara karena serangan ubur-ubur yang digambarkan “massif dan tidak terduga.”
EDF menegaskan penghentian di Paluel bersifat sementara. Satu reaktor sudah kembali beroperasi penuh, sementara reaktor lain masih dalam pemeliharaan terjadwal. Pekerja masih membersihkan filter yang tersumbat.
Ilmuwan laut telah lama memperingatkan bahwa PLTN pesisir, yang sangat bergantung pada pasokan air laut dingin, semakin rentan terhadap gangguan ubur-ubur. Kombinasi pemanasan global, penangkapan ikan berlebihan, dan penyebaran spesies invasif disebut memperburuk situasi.
Pemanasan global memperpanjang musim kawin ubur-ubur sekaligus memperluas jangkauan mereka. Di sisi lain, berkurangnya predator alami akibat penangkapan ikan berlebihan ikut mempercepat ledakan populasi ubur-ubur.
Kejadian serupa telah tercatat di berbagai belahan dunia, termasuk di Skotlandia, Swedia, Jepang, dan Amerika Serikat. PLTN Gravelines di Prancis sendiri juga pernah menghadapi masalah serupa pada 1993.
EDF, yang mengoperasikan salah satu armada tenaga nuklir terbesar di dunia, menyatakan telah memiliki protokol untuk menangani peristiwa semacam ini. Perusahaan menegaskan pasokan listrik tetap aman meski terjadi gangguan sementara.