Kamis 20 Nov 2025 16:07 WIB

Crowd Powering untuk Energi Terbarukan Butuh Peran Komunitas

MOSAIC berkomitmen untuk membantu target energi terbarukan yang dicanangkan Presiden.

Sedekah energi (Ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Sedekah energi (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ambisi Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan bauran energi terbarukan hingga 100 Giga Watt dinilai membutuhkan peran banyak pihak, terutama komunitas. Pakar Energi Terbarukan Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Desmana Rachmildha menjelaskan, pemerintah, swasta hingga masyarakat berpotensi untuk menjadi kontributor energi listrik terbarukan khususnya yang berasal dari energi surya. 

Menurut Tri Desmana, pengadaan fungsi pembangkit tenaga listrik yang dimiliki oleh PLN bisa dipenuhi oleh  perkantoran baik pemerintah dan swasta melalui perluasan Roof Top untuk panel surya.  Tak hanya itu, keberadaan komunitas yang melakukan inisiatif energi bersih di level tapak juga berpotensi untuk dikembangkan.

Baca Juga

“Kita mengistilahkannya crowd powering, jadi semua berkontribusi untuk memenuhi target yang dibutuhkan pembangkit PLN,”kata dia dalam Webinar ‘Aktualisasi Fikih Transisi Energi Berkeadilan Melalui Sedekah Energi Serta Refleksi Kebijakan Pendukungnya’ pada Kamis (20/11/2025) yang digelar  Muslim for Shared Actions on Climate Impact (MOSAIC) lewat keterangan tertulis.

Berdasarkan kajian yang dilakukannya, Tri Desmana mengatakan, Indonesia mempunyai potensi untuk menghasilkan 4,8 KWH per meter persegi per hari. Jumlah tersebut terbilang besar apabila dibandingkan negara-negara utara. Menurut Tri Desmana, setidaknya semua kebutuhan energi penduduk Indonesia akan terpenuhi jika bisa membangun 1/1000 luas daratan dengan sistem panel surya. 

photo
Petugas membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) on grid Sengkol kapasitas 7 megawatt peak (MWp) di Sengkol, Praya, Lombok Tengah, NTB, Kamis (16/10/2025). Hingga saat ini PLN UIW NTB mengelola 19 unit pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dengan total kapasitas 37,604 MW yang terdiri dari 56,2 persen PLTS dan 43,8 persen Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dengan rata-rata produksi sebesar 13,61 gigawatt hour (GWh) per bulan. - (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Ketua Asosiasi Masyarakat Tenaga Kerja Hijau Indonesia ini juga mengatakan, percepatan energi hijau akan memiliki multiplier effect yang besar. Selain isu lingkungan, keberadaan energi terbarukan akan menarik banyak investor ke Indonesia. Pabrik-pabrik yang dioperasikan dengan energi terbarukan pun akan menghasilkan lapangan kerja hijau (green jobs). 

Produk Indonesia yang menggunakan energi hijau juga dinilai akan lebih bisa diterima  di pasar dunia. Pada gilirannya, penggunaan energi bersih  akan mendorong pertumbuhan ekonomi. 

“Market sudah ke arah renewable, green energy itu naik terus.  Bagi investor, Clean Energy is turning from nice to have menjadi to must have.  Meski energi batu bara 60 persen, di masa depan sudah tidak diinginkan. Secara umum kita pengen lebih green. Kalau dikotori terus dengan kecepatan yang sama maka pada 2050, bumi ini akan mengalami pemanasan yang tidak bisa dikendalikan lagi,"kata dia.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh ESG Now (@esg.now)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement