Rabu 03 Dec 2025 09:03 WIB

Keanehan Cuaca Ektrem dan Anomali Siklon Penyebab Bencana Sumatera

Cuaca ekstrem di Sumatera dipicu anomali siklon tropis, jarang terjadi di Indonesia.

Kondisi sekolah yang terdampak banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Senin (1/12/2025). Bencana banjir bandang yang terjadi pada Selasa (25/11) lalu menyebabkan sejumlah fasilitas dan banggunan sekolah rusak.
Foto: ANTARA FOTO/Yudi Manar
Kondisi sekolah yang terdampak banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Senin (1/12/2025). Bencana banjir bandang yang terjadi pada Selasa (25/11) lalu menyebabkan sejumlah fasilitas dan banggunan sekolah rusak.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di Sumatera disebut-sebut terjadi karena cuaca ekstrem berupa anomali siklon, yakni Siklon Tropis Senyar. Ini juga terjadi di sejumlah wilayah Asia Tenggara hingga Sri Lanka yang menyebabkan bencana hidrometeorologi.

Hingga Rabu (3/12/2025), jumlah korban meninggal termasuk di Indonesia, Malaysia, dan Thailand sudah mencapai lebih dari 1.300 orang. Termasuk di Indonesia, yang melaporkan korban meninggal sebanyak 708 orang dan 499 orang hilang, pada konferensi pers Selasa (2/12/2025).

Baca Juga

Sementara itu, korban meninggal di Sri Lanka tercatat 410 orang, di Thailand sebanyak 181 orang dan tiga orang di Malaysia.

Aktivis lingkungan mengatakan kondisi terparah terjadi di Indonesia disebabkan ulah manusia. Cuaca ekstrem memang terjadi di semua wilayah tapi di Indonesia diperparah oleh deforestasi. "Ini bukan bencana alam semata, ini krisis yang disebabkan manusia," kata Rianda Purba dari Indonesian Environmental Forum, dilansir AP News.

“Deforestasi dan pembangunan yang tak terkendali telah mengikis ketahanan Batang Toru. Tanpa pemulihan yang mendesak dan perlindungan yang lebih ketat, banjir seperti ini akan menjadi hal yang normal ke depannya," katanya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan peringatan dini Siklon Tropis Senyar sudah dilakukan delapan hari sebelumnya.

"Siklon Tropis Senyar itu sudah bisa kita prediksi sekitar delapan hari sebelum proses pembentukan siklon. Jadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, Kepala Balai Besar BMKG wilayah 1 sudah memberikan warning (peringatan) delapan hari sebelumnya, diulang lagi empat hari sebelumnya, dan dua hari sebelumnya," kata Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani dalam rapat bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) di Jakarta, Senin lalu.

photo
Suasana terdampak bencana banjir di Sumatera. - (Dok BNPB)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement