Senin 25 Sep 2023 22:23 WIB

5 Anak Muda yang Mendunia karena Atasi Krisis Iklim, Nomor 3 dari Indonesia

Aksi nyata menjaga bumi menjadi lebih di masa depan tak lepas dari peran anak muda.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Aktivis iklim Swedia Greta Thunberg.
Foto: AP/Andrew Milligan/PA
Aktivis iklim Swedia Greta Thunberg.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Indeks Risiko Iklim Anak tahun 2021, organisasi hak-hak anak global Unicef melaporkan bahwa 1 miliar anak di dunia berisiko tinggi terkena dampak krisis iklim. Hal ini semakin mendorong generasi muda untuk bertindak menjadi aktivis iklim, dan berupaya mengatasi krisis iklim serta isu-isu lingkungan lain yang kita hadapi saat ini.

Berikut lima aktivis iklim muda dari luar negeri dan Indonesia, yang sudah melakukan berbagai aksi nyata untuk membuat bumi menjadi lebih baik di masa depan.

Baca Juga

 

1. Greta Thunberg

Aktivisme iklim Thunberg dimulai ketika ia membujuk orang tuanya untuk menerapkan gaya hidup yang minim jejak karbon. Pada usia 15 tahun, Thunberg mulai membolos sekolah pada tanggal 20 Agustus 2018, dan mulai melakukan protes di luar Parlemen Swedia dengan memegang spanduk Skolstrejk för klimatet (Mogok Sekolah untuk Iklim) dan membagikan brosur informasi.

Ia terus melanjutkan aksi mogok sekolah untuk iklim setiap Jumat, hingga mematuhi perjanjian iklim Paris 2015. Aksi berani dan gaya bicara yang blak-blakan, membuat Thunberg meraih perhatian publik Swedia dan global

Tak lama setelah aksi mogok sekolah pertama Thunberg untuk protes iklim, siswa-siswa lain melakukan aksi serupa di komunitas mereka. Mereka kemudian bersatu dan mengorganisir aksi mogok sekolah untuk gerakan iklim di bawah bendera “Fridays for Future”. Setelah Thunberg berpidato di Konferensi Perubahan Iklim PBB 2018, aksi mogok sekolah mingguan dilakukan setiap hari Jumat di seluruh dunia. Pada tahun 2019, beberapa protes multi-kota yang terkoordinasi melibatkan lebih dari satu juta siswa.

 

2. Xiuhtezcatl Martinez

Dikenal juga dengan inisial 'X', Xiuhtezcatl Martinez adalah seorang aktivis lingkungan muda dan advokat untuk masyarakat adat dan terpinggirkan yang telah membuat gelombang besar dalam perang melawan perubahan iklim. Martinez sangat vokal menentang dampak bahan bakar fosil dan merupakan salah satu dari 21 penggugat dalam kasus Juliana VS United States, sebuah gugatan yang diajukan pada tahun 2015 terhadap Pemerintah Amerika Serikat atas penggunaan bahan bakar fosil yang terus menerus dan kegagalan mereka untuk bertindak dalam menghadapi perubahan iklim.

Juru kampanye berusia 21 tahun ini telah berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam beberapa kesempatan —dalam bahasa Inggris, Spanyol, dan bahasa ibunya, Nahuatl— untuk menyoroti bagaimana aksi iklim global berperan dalam perjuangan yang lebih luas dalam memerangi ketidakadilan dan ketidaksetaraan.

 

3. Melati dan Isabel

Pasangan kakak-adik asal Bali ini dikenal sebagai aktivis iklim di Indonesia. Sejak tahun 2013, Melati dan Isabel kerap melakukan kampanye untuk mengurangi sampah plastik di Bali, salah satu inisiasi mereka yang populer adalah 'Bye Bye Plastic Bag'

Melati dan Isabel bahkan pernah melakukan aksi mogok makan selama satu hari demi bisa bertemu Gubernur Bali saat itu, I Made Mangku Pastika. Berkat aksi mereka, sang gubernur akhirnya menandatangani surat perintah yang melarang penggunaan styrofoam, kantong plastik, dan sedotan di Bali yang efektif pada tahun 2018.

 

4. Autumn Peltier

Aktivis Pribumi berusia 17 tahun, Autumn Peltier, memperjuangkan air minum bersih bagi masyarakat adat atau First Nation di Kanada dan di seluruh dunia. Berasal dari Wiikweemkong First Nation di Pulau Manitoulin di utara Ontario, Peltier percaya pada hak universal untuk mendapatkan air minum yang bersih.

Upaya kampanyenya telah menarik perhatian global, hingga pada tahun 2019, ia diundang untuk berbicara di Sidang Umum PBB. "Kita tidak bisa makan uang atau minum minyak. Saya akan terus berjuang untuk memberikan akses air bersih bagi Masyarakat Adat di seluruh dunia,” kata Peltier seperti dilansir Earth, Senin (22/9/2023).

 

5. Licypriya Kangujam

Salah satu aktivis iklim termuda di dunia, Licypriya Kangujam mulai mengadvokasi aksi iklim lokal dan global sejak usia enam tahun, di mana ia melakukan protes di luar parlemen India. Sejumlah tuntutannya termasuk undang-undang polusi udara dan mewajibkan literasi perubahan iklim di sekolah-sekolah.

Sejak saat itu, Kangujam telah berpidato di hadapan para pemimpin dunia pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa di Madrid pada tahun 2019, memberikan ceramah di TEDx setidaknya enam kali, mendirikan 'The Child Movement', sebuah organisasi keadilan iklim global yang masih berusia muda, serta melakukan perjalanan ke 32 negara untuk memberikan pidato dan menggalang dukungan, semuanya dilakukan sebelum ia menginjak usia 10 tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement