Ahad 08 Oct 2023 18:41 WIB

Terumbu Karang Raja Ampat Terancam, Selective Tourism Dinilai Jadi Solusi

Sampah pariwisata saat ini mengancam ekosistem terumbu karang di Raja Ampat.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Pemandangan dari Top View of Piaynemo, Raja Ampat, Papua Barat.
Foto: Republika/Fernan Rahadi
Pemandangan dari Top View of Piaynemo, Raja Ampat, Papua Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepulauan Raja Ampat merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Sumber daya alamnya yang eksotis juga membuat banyak wisatawan domestik dan asing mengunjungi kawasan yang dijuluki ‘Surga Bawah Laut Dunia’ tersebut.

Namun demikian, meningkatnya industri pariwisata di Raja Ampat membuat terumbu karang di sana menjadi terancam. Founder dan CEO Eco Nusa, Bustar Maitar, mengatakan bahwa perkembangan industri pariwisata di Raja Ampat memang membawa dampak ekologis. Ia bercerita bahwa 15 tahun lalu banyak area yang tidak terjamah wisatawan, namun sekarang sudah banyak dikunjungi pelancong.

Baca Juga

“Dan mungkin yang tadinya 1 atau 2 orang yang menginjak karang, sekarang mungkin ada 100 orang datang dan mereka kemudian ikut menginjak karang. Pariwisata juga pasti ada dampaknya ke masalah sampah,” kata Bustar saat diwawancarai Republika di kantor Eco Nusa, Jakarta, belum lama ini.

Supaya lingkungan dan sumber daya alam di Raja Ampat tetap lestari, Bustar menyarankan agar pemerintah menjadikan kawasan tersebut sebagai selective tourism, bukan massive tourism. Dengan begitu, wisatawan yang datang lebih terukur, dan seimbang dengan daya tampung alam.

“Misal homestay harganya dinaikkan, agar orang yang datang tidak membludak. Misal kita ingin mendapatkan 100 ribu, kalau kita bisa membawa satu orang untuk mendapatkan 100 ribu, kenapa harus bawa 10 orang yang bayar 10 ribu. Nah ini yang harus didorong agar enggak banyak yang datang dan lingkungan terjaga,” kata dia.

Selain aktivitas pariwisata, ia mengatakan bahwa ancaman utama terhadap ekosistem laut adalah perubahan iklim. Kenaikan suhu air laut telah menyebabkan karang memutih, kenaikan suhu air laut memicu abrasi, menaikan gelombang laut yang semakin susah terkontrol.

“Jadi ancaman pariwisata sebenarnya justru dari lingkungan itu sendiri, diperparah lagi dengan massive tourism yang tidak cukup memperhatikan dari daya kunjung lingkungan,” kata dia.

Sebagai upaya menjaga kelestarian di Raja Ampat, Eco Nusa juga saat ini berkontribusi dengan membantu masyarakat lokal membangun kembali sembilan homestay yang terbengkalai pasca pandemi Covid-19. Bustar percaya, ketika masyarakat telah menjadikan homestay itu sebagai sumber penghidupan, maka mereka pun akan terlibat dalam upaya-upaya menjaga kelestarian lingkungan sekitar.

“Keterlibatan masyarakat ini sangat penting. Saat ini banyak kegiatan restorasi terumbu karang di Indonesia itu gagal, karena apa? enggak dijagain. Nah siapa yang merawat? Kalau masyarakatnya mendapat manfaat langsung dari situ, mereka yang akan merawat,” tegas Bustar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement