Ahad 28 Sep 2025 06:16 WIB

UNESCO Akui Raja Ampat sebagai Cagar Biosfer

Raja Ampat meraih pengakuan ganda dari UNESCO.

Rep: Lintar Satria Zulfikar/ Red: Hasanul Rizqa
Pemandangan dari Top View of Piaynemo, Raja Ampat, Papua Barat.
Foto: Republika/Fernan Rahadi
Pemandangan dari Top View of Piaynemo, Raja Ampat, Papua Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan PBB untuk Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan (UNESCO) menetapkan 30 cagar biosfer baru di seluruh dunia. Salah satunya adalah Raja Ampat di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, Indonesia. Kawasan ini dianggap memiliki keunikan ekosistem serta pendekatan inovatif terhadap pembangunan berkelanjutan.

Setelah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark pada 2023, Raja Ampat kini diakui pula sebagai cagar biosfer. Kawasan ini dinilai mempunyai ekosistem laut dengan keanekaragaman hayati yang tinggi di dunia.

Baca Juga

Dengan adanya dua status tersebut, Raja Ampat masuk dalam jajaran sangat terbatas kawasan dunia yang meraih pengakuan ganda dari UNESCO.

Dikutip dari pernyataan UNESCO pada Sabtu (27/9/2025), Cagar Biosfer Raja Ampat mencakup area sekitar 135 ribu km persegi dengan kurang lebih 610 pulau, yang mana 34 di antaranya berpenghuni. Terletak di jantung Segitiga Terumbu Karang, Cagar Biosfer Raja Ampat menempati posisi istimewa sebagai pusat keanekaragaman laut dunia.

UNESCO mencatat kawasan ini memiliki lebih dari 75 persen spesies karang yang dikenal di bumi, habitat bagi lebih dari 1.320 spesies ikan terumbu karang, serta lima jenis penyu langka atau terancam punah, termasuk Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata). Sekitar 60 persen terumbu karang di Raja Ampat berada dalam kondisi baik hingga sangat baik.

Dengan status ganda sebagai Global Geopark dan Cagar Biosfer, Raja Ampat diakui atas warisan geologi yang luar biasa sekaligus kekayaan keanekaragaman hayatinya. Kawasan ini menjadi contoh bagaimana konservasi, sains, pengetahuan lokal, dan pembangunan berkelanjutan dapat berjalan berdampingan demi kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan hidup.

Di tengah krisis iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati yang kian mengkhawatirkan, Cagar Biosfer menawarkan solusi yang sering luput dari sorotan publik. Berbeda dengan taman nasional, Cagar Biosfer berfungsi sebagai "laboratorium hidup" di mana masyarakat, ilmuwan, dan pemerintah bekerja sama melalui tiga peran utama: konservasi untuk melindungi keanekaragaman hayati, bentang alam, dan ekosistem; pembangunan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan; serta pemahaman untuk memperkuat riset, pendidikan, pelatihan, dan pertukaran pengetahuan.

Saat ini terdapat lebih dari 700 Cagar Biosfer di 130 negara, mencakup lebih dari 5 persen daratan bumi dan menjadi rumah bagi 275 juta penduduknya.

Dengan memadukan perlindungan laut dan darat serta kehidupan berkelanjutan, Raja Ampat dapat menjadi model global untuk konservasi laut yang menopang kelangsungan keanekaragaman hayati dan warisan budaya, serta ketahanan iklim di salah satu bentang laut terpenting di dunia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement