Kamis 09 Nov 2023 02:43 WIB

Sri Mulyani Sebut Dampak Perubahan Iklim Ciptakan Kemiskinan Baru  

Perubahan iklim meningkatkan angka kemiskinan hingga 100 juta jiwa per tahun.

Rep: Novita Intan/ Red: Gita Amanda
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan secara global harus memahami bahwa perubahan iklim mempunyai dampak yang sangat serius.
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan secara global harus memahami bahwa perubahan iklim mempunyai dampak yang sangat serius.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebut perubahan iklim yang terjadi di dunia memiliki dampak sangat serius. Dengan mengutip data World Bank, implikasi perubahan iklim bisa mencapai 560 miliar dolar AS dan meningkatkan angka kemiskinan hingga 100 juta jiwa per tahunnya secara global.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan secara global harus memahami bahwa perubahan iklim mempunyai dampak yang sangat serius. Menurut perkiraan Bank Dunia, perubahan iklim dapat menyebabkan kerugian sebesar 560 miliar dolar AS dan menciptakan kemiskinan baru hingga 100 juta orang setiap tahunnya. 

Baca Juga

“Jadi ini benar-benar sebuah kasus yang harus kita tangani bersama," ujarnya saat acara Indonesia International Conference for Sustainable Finance and Economy 2023, Rabu (8/11/2023).

Oleh karena itu, Sri Mulyani menuturkan keuangan transisi menjadi sangat penting untuk mewujudkan kondisi lingkungan hidup yang jauh lebih berkelanjutan bagi seluruh umat manusia. Menurutnya, para pemangku kepentingan harus mampu memahami, mengidentifikasi, serta melakukan langkah-langkah konkret untuk memobilisasi pendanaan serta transisi menuju perekonomian hijau.

Saat ini Kementerian Keuangan menjadi institusi yang berada paling depan dan vokal dalam membahas isu perubahan iklim baik itu level domestik maupun global seperti saat Presidensi G20 dan Keketuaan ASEAN. 

Isu perubahan iklim juga terus didorong dibahas pada forum para menteri keuangan kemudian dieskalasi pada level pimpinan negara. Meski begitu, dia menegaskan isu perubahan iklim tidak hanya bisa ditangani lewat pidato semata, namun harus melalui aksi nyata.

"Semua pidato-pidato itu, semua komitmen itu, bisa benar-benar diuji pada isu atau permasalahan yang sesungguhnya. Dan inilah mengapa Indonesia dalam banyak partisipasinya, kami selalu membahas dan menyajikan kasus yang sebenarnya," ucapnya.

Menurut dia, penanganan isu transisi energi di Indonesia bisa menjadi 'testing ground' bagi banyak komitmen dan diskusi-diskusi yang selama ini dilakukan. Dia pun mengungkapkan optimismenya.

 "Jika kita semua bisa menyelesaikan permasalahan Indonesia, khususnya dalam transisi energi, saya sangat optimistis kita bisa menyelesaikan permasalahan transisi energi dunia,” ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement