REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia saat ini sedang berupaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menemukan solusi transportasi yang berkelanjutan. Terbaru, para peneliti energi dari University of Houston menemukan bahwa bahan bakar hidrogen berpotensi menjadi alternatif yang kompetitif dari segi biaya dan ramah lingkungan, untuk mengganti bahan bakar cair tradisional.
Dalam paper bertajuk “Competitive Pricing of Hydrogen as an Economic Alternative to Gasoline and Diesel the Houston Transportation Sector”, peneliti mengkaji potensi Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) untuk secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca di sektor transportasi. Mobil dengan jenis FCEV menggunakan teknologi yang disebut fuel-cell untuk menghasilkan tenaga listrik.
Selama ini, bahan bakar transportasi cair tradisional seperti bensin dan solar lebih disukai karena kepadatan energinya yang lebih tinggi. Namun demikian, emisi yang dihasilkan bahan bakar tersebut sangat tinggi. Sebagai contoh, terdapat lebih dari 230 juta metrik ton gas karbon dioksida dilepaskan setiap tahun oleh sektor transportasi di Texas, AS.
Sementara itu, fuel cell pada mobil listrik mengisi bahan bakar dengan hidrogen dalam waktu lima menit dan menghasilkan nol emisi.
Menurut Departemen Transportasi Texas, Houston memiliki sekitar 5,5 juta kendaraan terdaftar pada tahun fiskal 2022. Lalu bayangkan jika semua kendaraan ini menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar. Houston, rumah bagi banyak pabrik hidrogen untuk keperluan industri, memiliki beberapa keuntungan, menurut para peneliti.
"Kota ini memiliki lebih dari cukup air dan sistem penyaringan komersial untuk mendukung produksi hidrogen. Ditambah lagi dengan infrastruktur pipa gas alam yang ada, yang membuat produksi dan pasokan hidrogen lebih hemat biaya dan membuat Houston ideal untuk transisi dari kendaraan tradisional ke kendaraan bertenaga hidrogen,” kata Christine Ehlig-Economides, penulis studi dari University of Houston, seperti dilansir Techxplore, Jumat (18/11/2023).
Studi ini membandingkan tiga proses produksi hydrogen yaitu steam methane reforming (SMR), SMR dengan penangkapan karbon (SMRCC), dan elektrolisis dengan menggunakan listrik dan air. Para peneliti menggunakan alat H2A dari National Renewable Energy Laboratory (NREL) untuk memberikan perkiraan biaya untuk jalur-jalur tersebut, dan Hydrogen Delivery Scenario Analysis Model (HDSAM) yang dikembangkan oleh Argonne National Laboratory untuk menghasilkan model pengiriman dan biaya.
Selain itu, penelitian ini juga membandingkan biaya grid hidrogen dengan hidrogen SMRCC, yang menunjukkan bahwa tanpa insentif kredit pajak, hidrogen SMRCC dapat dipasok dengan biaya yang lebih rendah, yaitu 6,10 dolar AS per kg hidrogen di pompa, yang membuatnya lebih kompetitif.
"Penelitian ini menggarisbawahi potensi transformatif hidrogen di sektor transportasi. Temuan kami menunjukkan bahwa hidrogen dapat menjadi pilihan yang kompetitif dari segi biaya dan bertanggung jawab terhadap lingkungan bagi konsumen, bisnis, dan pembuat kebijakan di wilayah Houston dan sekitarnya,” kata Ehlig-Economides.