Kamis 07 Dec 2023 16:30 WIB

Investasi Terkait ESG Jadi Faktor Utama Keberlanjutan Bisnis

Hasil riset Mandiri Institute juga menemukan sejumlah tantangan implementasi ESG.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ahmad Fikri Noor
Ilustrasi ESG.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi ESG.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Investasi terkait ESG kini telah dipersepsikan sebagai faktor utama dalam keberlanjutan bisnis, baik saat ini maupun masa depan. Hasil riset Mandiri Institute menunjukkan data penandatanganan prinsip investasi bertanggung jawab atau Principles for Responsible Investment (PRI) meningkat signifikan.

Hingga November 2023, terdapat 5.374 penandatanganan prinsip investasi bertanggung jawab. Selain itu, penerbitan surat utang global terkait ESG mencapai 1,5 triliun dolar AS sepanjang 2022, meningkat hampir 15 kali dibandingkan 2015.

Baca Juga

"Hasil riset tersebut turut menyediakan perspektif baru tentang pandangan bisnis, investor, dan pengelola dana tentang ESG yang dapat menjadi masukan penting untuk perbaikan ke depan," kata Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro, Kamis (7/12/2023). 

Hasil riset Mandiri Institute juga menemukan sejumlah tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan ESG terutama di pasar keuangan. Tercermin dari masih minimnya diferensiasi produk ESG dan gaya pendanaan. Ini terjadi, karena masih rendahnya kesadaran terkait ESG termasuk masih banyak yang belum percaya ESG sebagai prioritas. 

Merujuk hasil survei tersebut, ditemukan sebanyak 71 persen perusahaan terbuka meyakini praktik bisnis dengan prinsip ESG akan menjadi prioritas di masa depan. Meski demikian, hanya 57 persen baru sadar akan target Nationally Determined Contributions (NDC) atau penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) hingga 2030.

"Untungnya, hampir seluruh responden telah mempertimbangkan untuk melakukan praktik bisnis ESG ke depannya. Artinya, potensi bisnis berkelanjutan masih sangat terbuka dan Bank Mandiri berkomitmen kuat untuk mengoptimalkan potensi tersebut," kata Andry.

Selain itu, riset juga menekankan agar regulator dan pemangku kebijakan semakin aktif mengkomunikasikan standarisasi pelaporan penerapan ESG di tanah air. Sebab, laporan berkelanjutan menjadi sangat penting tidak hanya untuk perusahaan namun juga bagi investor, sekaligus menjadi acuan perbandingan kinerja berkelanjutan di seluruh perusahaan pada berbagai sektor.

Bank Mandiri turut mendukung rencana Pemerintah dengan konsisten mendorong kontribusi perseroan terhadap pembiayaan keberlanjutan dan pembiayaan hijau. Hasilnya, hingga kuartal III 2023, perseroan telah menyalurkan kredit ke sektor berkelanjutan sebesar Rp 253 triliun atau 24,9 persen dari total kredit perseroan. 

Dari nilai tersebut, pembiayaan ke sektor hijau Bank Mandiri telah menembus Rp 122 triliun, setara dengan 12 persen penyaluran kredit di periode sama. Penyaluran pembiayaan hijau ini memperkuat posisi Bank Mandiri sebagai market leader dengan share sebesar setara dengan kurang lebih 30 persen.

Sementara dari sisi pendanaan, Bank Mandiri telah menerbitkan Sustainability Bond 300 juta dolar AS dengan 8,3 kali oversubscription rate. Kemudian, Bank Mandiri pun menjadi bank pertama di Indonesia yang melakukan ESG Repo Transaction dengan nilai mencapai 500 juta dolar AS.

Di samping itu, pada awal 2023 Bank Mandiri juga sudah menerbitkan Green Bond Tahap I sebesar Rp 5 triliun yang merupakan bagian dari rencana Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) dengan target dana sebesar Rp 10 triliun. Obligasi ini merupakan implementasi Bank Mandiri untuk mendorong pembiayaan ke sektor Kategori Usaha Berwawasan Lingkungan yang selaras dengan kebijakan regulator. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement