REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebakaran hutan memainkan peran penting dalam ekosistem terestrial dan sistem iklim bumi, dengan dampak yang signifikan terhadap atmosfer, efek radiasi, vegetasi, hingga kelangsungan hidup manusia. Memahami interaksi antara kebakaran hutan, perubahan iklim, vegetasi, dan aktivitas manusia dalam kurun waktu geologis merupakan pendekatan yang tepat untuk membuat proyeksi yang akurat atas kejadian kebakaran hutan di masa depan, yang sangat penting dalam adaptasi manusia terhadap kemungkinan ancaman kebakaran hutan.
Untuk menganalisis hal tersebut, sekelompok peneliti yang dipimpin Han Yongming dari Institute of Earth Environment of the Chinese Academy of Sciences, melakukan rekonstruksi sejarah kebakaran hutan beresolusi tinggi di zona marjinal musim hujan pada masa Holosen dengan menggunakan catatan jelaga dari sedimen Danau Qinghai, untuk menjajaki hubungan antara kebakaran hutan dan faktor pendorongnya.
Menurut University of California Museum of Paleontology, masa Holosen adalah nama yang diberikan untuk 11.700 tahun terakhir dalam sejarah Bumi. Secara umum. Holosen juga merupakan periode yang relatif hangat di antara zaman es.
Peneliti menemukan bahwa pada skala waktu sub-orbital, lebih sedikit kebakaran hutan yang terjadi pada awal hingga pertengahan Holosen di bawah iklim yang lembab. Dengan melemahnya monsun dan meningkatnya aridifikasi selama pertengahan hingga akhir Holosen, kebakaran hutan meningkat dan tetap berada pada tingkat yang tinggi sejak 3.0 kilo annum atau cal ka (seribu kalender yang lalu) sebelum masa kini.
Pada skala waktu milenium, terdapat periode kebakaran hutan yang sangat parah yang berpusat di sekitar 1.6, 2.5, 4.1, 4.9, 6.3, 7.8, 9.6, 10.5, dan 11.4 cal ka sebelum masa sekarang, yang berkorelasi erat dengan kejadian musim hujan yang lemah secara tiba-tiba dalam skala waktu milenium.
“Dengan membandingkan catatan jelaga, proksi iklim dan faktor pendorong yang mungkin terjadi, kami juga menemukan bahwa pada rentang waktu suborbital dan milenium, iklim kekeringan yang terkait dengan musim hujan yang melemah, yang kemungkinan dimodulasi oleh aktivitas radiasi matahari, dapat menjadi faktor utama yang mendorong peningkatan pesat kebakaran hutan pada masa Holosen,” kata Yongming seperti dilansir Phys, Jumat (29/12/2023).
Secara umum, suhu dianggap mendorong aktivitas kebakaran hutan, dengan suhu yang tinggi mendukung terjadinya kebakaran hutan. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pesat kebakaran hutan berkaitan erat dengan kejadian iklim kering atau dingin yang tiba-tiba dalam skala waktu milenium.
Penelitian yang dipublikasikan di Quaternary Science Reviews ini dapat memberikan wawasan baru untuk prediksi kebakaran, terutama untuk kebakaran hutan ekstrem yang sering kali terjadi akibat kejadian iklim kering yang tiba-tiba di wilayah yang didominasi oleh musim hujan.