Ahad 07 Jan 2024 21:30 WIB

Ekowisata Banyuwangi Cegah Perubahan Iklim

Wisata Banyuwangi mematahkan paradigma wisata modern yang harus padat.

Penyelam mengamati terumbu karang dan ikan di Pantai Bangsring, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (9/3/2022).
Foto: Antara/Budi Candra Setya
Penyelam mengamati terumbu karang dan ikan di Pantai Bangsring, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (9/3/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut konsep ekowisata atau pariwisata alam di Kabupaten Banyuwangi mendukung upaya pencegahan perubahan iklim.

"Konsep wisata Banyuwangi mematahkan paradigma wisata harus yang modern, padat kendaraan, dipenuhi mall seperti di kota-kota besar, yang ini justru menjadi penyumbang CO2. Di Banyuwangi, wisatanya justru gunung, pantai bahkan event sport tourism pun juga sangat ramah lingkungan yakni kompetisi sepeda lari yang tidak menghasilkan CO2," kata dia.

Baca Juga

Dwikorita mengatakan Banyuwangi layak menjadi contoh daerah yang sukses mendukung lifestyle ramah lingkungan lewat pengembangan pariwisata alam.

"Saya merasakan yang berbeda ketika berkunjung ke Banyuwangi, aura lebih segar, terlebih saat ini Banyuwangi telah menjadi tujuan destinasi nasional dengan bertahan pada konsep yang dipegangnya," ujarnya.

Dwikorita mengatakan, perubahan iklim telah menjadi isu utama dunia internasional, dan saat ini terjadi fenomena percepatan peningkatan suhu bumi yang memicu cuaca ekstrem.

Menurut ia, para ahli telah menyepakati hingga 2100 suhu bumi tidak boleh melebihi 1,5 derajat celsius guna mencegah timbulnya cuaca ekstrem. Tapi, Organisasi Meteorologi Dunia telah mengumumkan saat ini suhu dunia telah meningkat 1,4 derajat celsius, yang notabene masih 78 tahun lagi sebelum 2100.

"Ini menyebabkan kondisi ekstrem, intensitas cuaca ekstrim terus meningkat. Cuaca yang berubah, banjir, longsor, ini adalah dampak peningkatan suhu bumi, jika tidak dilakukan perubahan lifestyle lebih ramah lingkungan, para ahli mengasumsikan 10 tahun ke depan bumi bisa terancam krisis air dan pada 2050 krisis pangan," kata Dwikorita.

"Ini artinya, dari sekarang kita harus mulai mengurangi gaya hidup yang mengurangi kenaikan panas bumi, mengurangi produksi CO2 atau mulai menerapkan mindset pembangunan yang ramah lingkungan," kata dia menambahkan.

Dwikorita sangat mendukung ekowisata yang diusung Banyuwangi. Banyuwangi, menurutnya, bukan sekedar berwacana tapi sudah menunjukkan hasil positif dari kebijakannya. Pariwisata yang mengusung wisata alam ini telah berdampak pada kemajuan ekonomi hingga penurunan angka kemiskinan daerah.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement