Rabu 10 Jan 2024 17:50 WIB

Pakar: Masyarakat Pesisir Paling Terancam oleh Dampak Perubahan Iklim

Masyarakat di wilayah pesisir terancam kehilangan tempat tinggal akibat krisis iklim.

Perubahan iklim yang memicu kenaikan muka air laut mempengaruhi kondisi masyarakat pesisir yang bermukim di pulau-pulau kecil karena daratan berpotensi hilang.
Foto: www.freepik.com
Perubahan iklim yang memicu kenaikan muka air laut mempengaruhi kondisi masyarakat pesisir yang bermukim di pulau-pulau kecil karena daratan berpotensi hilang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Riset Kependudukan BRIN Nawawi mengatakan, perubahan iklim yang memicu kenaikan muka air laut mempengaruhi kondisi masyarakat pesisir yang bermukim di pulau-pulau kecil karena daratan berpotensi hilang. "Beberapa desa di Pekalongan, Jawa Tengah, hilang akibat peningkatan muka air laut. Isu perubahan iklim sangat relate dengan isu kependudukan. Banyak penduduk terpaksa harus pindah," ujarnya dalam sebuah diskusi yang dipantau di Jakarta, Rabu (10/1/2024).

Nawawi menuturkan, dampak perubahan iklim mempengaruhi kualitas kesehatan, kualitas hidup, derajat hidup, bahkan masa depan dari masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjadikan perubahan iklim sebagai salah satu isu strategis dalam proyek riset dan inovasi mengingat Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki banyak pulau dan mayoritas penduduknya bermukim di kawasan pesisir.

Baca Juga

Sementara itu, Mahasiswa PhD dari Departement of Natural Resources and the Environment Universitas Cornell, Zulfirman Rahyantel mengungkapkan bahwa krisis iklim menjadi sebuah masalah yang kompleks dan menimbulkan ketidakadilan sosial. Menurut dia, kelompok masyarakat yang berkontribusi terhadap penyebab krisis iklim adalah mereka yang paling rentan dan paling merasakan dampak dari krisis iklim itu sendiri.

"Isu yang paling penting di sini adalah social injustice. Kenapa ini penting? Kalau kita melihat agenda-agenda global hari ini, semua orang bicara tentang perubahan iklim dan sebagainya, tetapi kita melihat bagaimana proses dari adaptasi perubahan iklim itu, narasi dominan masih kepada narasi korporasi," kata Zulfirman.

Narasi dominan yang keluar dari perusahaan-perusahaan sejauh ini menempatkan langkah penanganan perubahan iklim salah satunya dengan mengurangi emisi karbon. Dalam COP28, isu perubahan iklim yang dibicarakan masih tataran isu umum, sehingga hal-hal semacam bagaimana krisis iklim terkait dengan masyarakat pulau-pulau kecil dan PESISIR kurang mendapatkan perhatian.

Zulfirman memandang masyarakat Indonesia yang hidup di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sangat bergantung terhadap sumber daya alam. 

"Hal ini menempatkan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil menjadi kelompok paling rentan dalam dampak perubahan iklim," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement