Senin 15 Jan 2024 07:45 WIB

Antisipasi Krisis Iklim Tahun Ini, Tanam Pohon dan Rehabilitasi Mangrove Digencarkan

KLHK akan merehabilitasi seluas 600 ribu hektare hutan mangrove di Indonesia.

KLHK bersama BPDASHL Batu Cerucuk Babel melakukan penanaman bibit buah di lahan kritis yang berlokasi di Desa Payung, Kabupaten Bangka Selatan, Ahad (14/1/2024).
Foto: ANTARA
KLHK bersama BPDASHL Batu Cerucuk Babel melakukan penanaman bibit buah di lahan kritis yang berlokasi di Desa Payung, Kabupaten Bangka Selatan, Ahad (14/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKA SELATAN -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggencarkan aksi penanaman pohon dan rehabilitasi mangrove sebagai salah satu upaya antisipasi krisis perubahan iklim. "Saat ini kami fokus melakukan antisipasi krisis perubahan iklim dengan melakukan penanaman bibit pohon serentak di seluruh wilayah Indonesia, salah satunya di Bangka Belitung, yang dilaksanakan di Desa Payung Kabupaten Bangka Selatan," kata Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Bidang Pelaksanaan Sustainable Development Goals dan Riset Lingkungan Henry Bastaman di Bangka Selatan, Ahad (14/1/2024).

Kegiatan penanaman ini dinilai penting untuk mengantisipasi krisis perubahan iklim di seluruh wilayah Indonesia. Menurut dia, langkah konkret yang dilaksanakan kali ini sebagai salah satu antisipasi berbagai krisis iklim yang terjadi.

Baca Juga

"Setelah sebelumnya kita menghadapi krisis pandemi COVID-19 dan ekonomi, saat ini krisis perubahan iklim juga harus kita kurangi dan Babel menjadi salah satu wilayah yang terkena dampak perubahan iklim," katanya.

KLHK tidak menargetkan jumlah bibit pohon yang ditanam, kata dia, namun seluruh wilayah Indonesia yang memiliki kerentanan perubahan iklim akan dikurangi dampaknya dan sebanyak apapun bibit pohon yang dibutuhkan untuk penghijauan akan dimaksimalkan.

"Tentu saja tidak hanya itu, tapi kami punya target FOLU Net Sink 2030 yang bisa berkontribusi secara signifikan dalam pengurangan dampak perubahan iklim," ujarnya.

Jika dilihat dari indeks kualitas lingkungan hidup, lanjutnya, Babel menjadi salah satu daerah yang cukup baik menjaga lingkungan. Namun jika dilihat dari indikator, salah satunya tutupan lahan, menurut dia, itu perlu dijaga secara sustainable dari berbagai ancaman perusakan lahan.

"Terkait kualitas udara air dan laut itu juga harus tetap dijaga, meskipun Babel sudah cukup baik," katanya.

Upaya lain KLHK  dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim di seluruh Indonesia, kata dia, dengan melihat langsung dari berbagai aspek kerentanan yang harus dijaga, misalnya di Babel yang sebagian wilayah merupakan pesisir, perlu ditingkatkan tutupan mangrovenya.

"Seluas 600 ribu hektare mangrove akan kita rehabilitasi di seluruh wilayah, karena itu salah satu upaya mitigasi dari dampak perubahan iklim dan naiknya air laut. Aspek- aspek lain selain perubahan iklim, energi, dan pertanian, juga akan diperhatikan dengan menjaga kebersihan lingkungan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement