REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah modular berbasis baja ringan disebut menjadi solusi untuk hunian ramah lingkungan dengan mengurangi konsumsi energi pada bangunan.
"Rumah modular secara konsisten mengembangkan solusi serbaguna untuk ruang dan praktik konstruksi yang berkelanjutan," kata Founder Komunitas Sustainable Buildings, Cities & Communities (SBCC) Eng. Beta Paramita.
Rumah modular adalah rumah dengan konstruksi bangunan khusus yang terbuat dari material rakitan pabrik. Pembangunan rumah modular dilakukan berbeda dari pembangunan rumah biasa karena komponen bangunan telah diproduksi terlebih dahulu. Langkah yang perlu dilakukan hanya merakit (assembly) konstruksi di lokasi, sehingga tidak menyisakan limbah.
Penggunaan struktur baja ringan (steel frame) pada rumah modular dikatakan dapat meningkatkan penghematan energi.
Ketua Umum Asosiasi Rumah Modular Indonesia (ARMI) Nicolas Kesuma mengatakan baja ringan memiliki struktur yang kuat, ringan, dan cepat dalam pembangunan. Komponen ini juga mampu mengurangi efek panas dan memiliki jejak karbon yang lebih rendah, sehingga lebih ramah lingkungan.
"Dengan pemanfaatan penutup atap dan dinding yang dilapisi cat reflektif surya yang memiliki nilai SRI (Solar Reflectance Index) tinggi, efek urban heat island ini juga dapat diminimalisir," ujar Nicolas.
Selain itu, ia menyatakan kebutuhan rumah modular berstruktur baja ringan ini juga dapat dipenuhi oleh industri baja nasional. Hal ini turut mendorong nilai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang cukup tinggi serta meningkatkan utilisasi produksi.
"Pada akhirnya, ini akan menggerakkan roda ekonomi sesuai tujuan SDGs," ujar dia.
Untuk itu, Pemerintah diharapkan dapat menyusun Standar Nasional Indonesia (SNI) bangunan rumah modular berbasis baja ringan. Pemerintah juga diharapkan dapat melibatkan komunitas dalam penyusunan tersebut.
Hal itu bertujuan untuk memudahkan industri, desainer, dan jasa konstruksi dalam membangun hunian yang lolos kriteria kebijakan gedung hijau dan bangunan cerdas yang disusun oleh Pemerintah. Dengan begitu, kejaran target perumahan nasional dapat segera tercapai secara kuantitas, sekaligus bisa mengantongi kredibilitas hijau dan cerdas yang berkontribusi kepada penurunan gas rumah kaca (GRK).
"Kami berharap dapat memberikan masukan dan berkontribusi dalam penyusunan prototipe rumah hijau dan cerdas," tutur Nicolas.