REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Penyelenggara Olimpiade Paris 2024 berjanji akan mengambil langkah yang belum pernah dilakukan sebelumnya dalam menghadapi perubahan iklim. Caranya dengan mengurangi jejak karbon dari Olimpiade sebelumnya dan membiayai proyek-proyek untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Pakar namun tetap skeptis. Terutama setelah penyelenggara membatalkan janji untuk menetapkan batasan tegas pada biaya karbon secara keseluruhan.
Diperkirakan dua pertiga emisi yang memerangkap panas yang dihasilkan ajang olahraga internasional selama tiga pekan ini berasal dari transportasi. Jutaan penonton, atlet, staf dan jurnalis akan terbang ke Paris.
Penyelenggara memilih infrastruktur yang sudah ada sebelumnya atau infrastruktur sementara untuk menyelenggarakan acara ini. Tujuannya untuk menghindari biaya lingkungan yang signifikan dari bahan bangunan yang intensif karbon seperti beton dan baja.
Namun, kredensial keberlanjutan Olimpiade ini terpukul ketika komitmen awal untuk menetapkan batas emisi sebesar 1,58 juta ton setara CO2 dibatalkan.
"Target terukur, yang merupakan langkah besar ke depan dibandingkan dengan Olimpiade sebelumnya dan diumumkan dengan gegap gempita, telah ditinggalkan," kata Profesor Departemen Geografi dan Keberlanjutan University of Lausanne Martin Muller seperti dikutip France 24, Selasa (24/6/2024).
"Tanpa tujuan yang terukur, tidak ada kewajiban yang dapat diverifikasi," tambahnya.
Penyelenggara berjanji Olimpiade Paris hanya akan mengeluarkan setengah dari emisi rata-rata Olimpiade 2012 dan 2016 di London dan Rio de Janeiro. Muller memperkirakan angkanya adalah 3,9 juta ton CO2.
"(Paris 2024 dapat) mengeluarkan 1,95 juta ton dan tetap mengatakan mereka mencapai tujuan mereka (meskipun) ada peningkatan lebih dari 20 persen dibandingkan dengan target awal," katanya.
Penyelenggara mengatakan Olimpiade akan memberikan kontribusi positif terhadap iklim melalui pembelian kredit karbon, yang mengimbangi polusi dengan mendanai proyek-proyek yang mengurangi atau menghindari emisi gas rumah kaca.
Bahasa ini juga dikritik dan diubah. Kini penyelenggara mengatakan Olimpiade Paris akan mendukung proyek-proyek kontribusi iklim yang mengurangi dan menangkap CO2 pada tingkat yang sesuai dengan emisi Olimpiade yang tidak dapat dihindari.
Hal ini dapat mencakup proyek-proyek yang melindungi hutan, menanam pohon atau meluncurkan energi terbarukan, kata pihak penyelenggara, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
"Membingkai investasi mereka dalam bentuk kredit sebagai 'kontribusi iklim', bukan offset, merupakan cara yang bagus untuk tetap jujur mengenai jejak karbon suatu organisasi sembari mendukung dan mendanai kemajuan menuju target nol karbon global," kata Peneliti Smith School of Enterprise and the Environment, University of Oxford Kaya Axelsson.
Benja Faecks dari lembaga pengawas industri nirlaba Carbon Market Watch juga mengatakan perubahan kalimat tersebut tidak menyesatkan publik untuk percaya Olimpiade tidak berdampak pada iklim. "Kredit karbon seharusnya digunakan untuk mendukung proyek-proyek yang layak dibiayai, tetapi tidak pernah untuk mengompensasi emisi," katanya.
Sebelumnya Carbon Market Watch menemukan strategi iklim Olimpiade tidak lengkap dan kurang transparan, karena tidak mengungkapkan metodologi dan pemantauan yang terperinci. Para aktivis menyuarakan keprihatinan mereka tentang tingkat sampah plastik selama Olimpiade, dan keterlibatan sponsor utama perusahaan Coca-Cola.
Di bawah tekanan, penyelenggara mengatakan sekitar 9,6 juta minuman akan didistribusikan dari air mancur atau botol kaca. Lalu 6,2 juta dituangkan ke dalam gelas yang dapat digunakan kembali, dan 2,2 juta botol plastik daur ulang yang diberikan kepada para atlet.
Jaringan kelompok advokasi lingkungan France Nature Environnement (FNE) mengatakan Coca-Cola melakukan polusi plastik yang tidak dapat dibenarkan dan menyerang rencana untuk menuangkan minuman dari botol plastik daur ulang ke dalam gelas plastik yang dapat digunakan kembali sebagai dalih.
"Daur ulang bukanlah solusi. Coca-Cola seharusnya mengurangi penggunaan plastik," kata Axele Gibert, dari FNE.
Pada tahun 2023 organisasi lingkungan Break Free From Plastic menempatkan Coca-Cola sebagai peringkat teratas dalam peringkat merek yang bertanggung jawab atas polusi plastik terburuk berdasarkan audit sampah yang dikumpulkan para sukarelawan di 41 negara.