Ahad 28 Jul 2024 07:30 WIB

FAO dan Parlemen ASEAN Dorong Implementasi Investasi Berkelanjutan

Kemitraan ini bertujuan menjawab berbagai tantangan negara-negara di Asia Tenggara

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Ilustrasi investasi hijau
Foto: Freepik
Ilustrasi investasi hijau

REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Majelis Antar-Parlemen ASEAN (AIPA) bekerja sama dengan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan International Institute for Sustainable Development (IISD) mengundang berbagai pemangku kepentingan untuk memperkuat implementasi Pedoman ASEAN tentang Investasi Bertanggung Jawab di Bidang Pangan, Pertanian, dan Kehutanan (ASEAN RAI). Kemitraan ini didukung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Badan Kerjasama Internasional Spanyol (AECID), dan Badan Kerjasama Internasional Swedia (SIDA).

Dalam pernyataannya, FAO mengatakan kemitraan ini bertujuan menjawab berbagai tantangan negara-negara di Asia Tenggara dalam menjamin keamanan pangan melalui investasi berkelanjutan.

Memperkuat momentum dari adopsi ASEAN RAI pada tahun 2018 dan keberhasilan acara pertama di Republik Demokratik Rakyat Laos pada April lalu, FAO, AIPA, dan IISD bertujuan untuk mengembangkan kerangka kerja berkelanjutan bagi para legislator. Kerangka kerja ini mencakup aktivitas parlemen yang terkait dengan penguatan undang-undang, penganggaran dan pembiayaan, peningkatan kapasitas, advokasi, serta pengawasan.

Dengan menekankan pentingnya investasi berkelanjutan, hasilnya diharapkan dapat menjadi alat penting untuk memajukan rantai nilai pertanian dan investasi di seluruh ASEAN.

 "Kita berada dalam tekanan berat demografis untuk dapat menyediakan pangan sementara lahan dan sumber daya hutan kita terbatas," kata Ketua Komite Kerja Sama Antar-Parlemen Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Fadli Zon dalam pernyataan yang dirilis FAO, akhir pekan ini.

Ia mencatat saat ini dunia menghadapi tantangan eksistensial atas perubahan iklim, yang telah menyebabkan situasi mengkhawatirkan terkait perubahan pola cuaca, kelangkaan sumber daya air, lingkungan dan lain sebagainya.

"Jika kita ingin memajukan sektor pangan, pertanian, dan kehutanan secara komprehensif, harus ada satu payung undang-undang, sebuah omnibus, untuk mengatasi tantangan yang tersedia, termasuk dalam tata kelola investasi pertanian," katanya.  

 Sekretaris Jenderal AIPA Ar. Siti Rozaimeriyanty Dato Haji Abdul Rahman mengatakan, inisiatif AIPA selaras dengan Statuta dan berdasarkan pada resolusi yang diadopsi secara konsensus oleh Parlemen Anggota AIPA. Salah satu resolusi penting tersebut adalah tentang ‘Mendorong Penerapan ASEAN RAI’ yang diadopsi pada Sidang Umum AIPA ke-44 tahun lalu di Indonesia.

"Acara hari ini dibangun atas dasar resolusi tersebut. ASEAN RAI adalah kerangka strategis yang bertujuan untuk mendorong praktik investasi yang berkelanjutan dan bertanggung jawab di seluruh kawasan," kata Siti.

Ia menambahkan partisipasi anggota parlemen sangat penting dalam mewujudkan pedoman ini. Siti mengatakan  dengan mengundang perwakilan dari berbagai sektor, termasuk akademisi, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas lokal, inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat upaya kolektif kita dan memastikan keterlibatan komprehensif dari seluruh pemangku kepentingan.

Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste serta FAO liason untuk ASEAN Rajendra Aryal mengatakan sistem pangan yang berkelanjutan adalah dasar bagi ketahanan pangan dan mata pencaharian petani kecil di wilayah ASEAN. Namun, para petani kecil menghadapi banyak tantangan, termasuk perubahan iklim, degradasi lahan, dan ketidaksetaraan sosial-ekonomi.

Ia menambahkan kendaraan utama untuk mengatasi tantangan ini adalah meningkatkan investasi di sektor pertanian, terutama yang ditujukan kepada petani keluarga kecil yang menghasilkan hampir 80 persen makanan di wilayah ini.

"Para anggota parlemen memainkan peran kritis di sini, terutama dengan memberlakukan undang-undang, mengawasi tindakan pemerintah, dan mengalokasikan sumber daya anggaran," katanya.

FAO Indonesia bekerja untuk memperkuat lingkungan kolaboratif guna mencapai pembangunan berkelanjutan melalui bantuan teknis dan pertukaran pengetahuan, serta promosi kebijakan yang mendorong investasi bertanggung jawab. Transformasi sektor pangan, pertanian, perikanan, dan kehutanan menjadi fokus utama, untuk mencapai masa depan dengan produksi, lingkungan, nutrisi, dan kehidupan yang lebih baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement