Ahad 28 Jul 2024 09:00 WIB

PLN EPI Budidayakan Tanaman Penghasil Biomassa di Gunungkidul

Tanaman yang dibudidayakan bisa dijual ke PLTU Pacitan.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Satria K Yudha
Petugas PLN melakukan pengecekan terhadap biomassa sawdust yang akan digunakan sebagai substitusi bahan bakar batu bara atau co-firing di PLTU Suralaya, Cilegon, Banten.
Foto: dok PLN
Petugas PLN melakukan pengecekan terhadap biomassa sawdust yang akan digunakan sebagai substitusi bahan bakar batu bara atau co-firing di PLTU Suralaya, Cilegon, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) bekerja sama dengan Kesultanan Yogyakarta dan Pemprov  DIY, melakukan penanaman pohon multi fungsi di Gunungkidul. Ini bagian dari program Desa Berdaya Energi milik PLN EPI, tepatnya di Kecamatan Poncong, Kalurahan Gombang dan Karang Asem.

Program Desa Berdaya Energi sudah dimulai sejak Februari 2023. Terdapat beberapa jenis tanaman yang ditanam di dua daerah percontohan. Ada gamal, gmelina, kaliandra merah, serta indigofera.  Sekretaris Perusahaan PLN EPI Mamit Setiawan menerangkan saat ini sudah 100 ribu jenis indigofera dibudidayakan di Gombang dan Karang Asem. Kebanyakan ditanam di lahan milik Sri Sultan Hamengkubuwono X. Ada juga yang ditanam di pekarangan rumah masing-masing warga.

Lalu pada November 2024, akan ada penambahan 50 ribu bibit indigofera untuk ditanam. Setiap 50 ribu tanaman, menghasilkan 300 ton biomassa. Itu sangat berguna dalam membantu mengurangi emisi.

"Jika ini sudah besar, batangnya ini sudah tinggi, maka ini yang akan digunakan sebagai produk biomassaa. Jadi nanti ditebang, setelah ditebang maka nanti dari bumdes akan mengumpulkan dan kemudian akan dijadikan sawdust. Nah ini yang kedepannya akan kita lakukan," kata Mamit di Gunung Kidul, Kamis (25/7/2024).

PLN EPI, kata dia, berharap tahun depan sudah bisa dipanen dan masyarakat akan menebang batangnya. Kemudian dikumpulkan ke BUMDES. Lalu dijual ke PLTU Pacitan sebagai bahan pengganti batu bara.

Adapun daunnya bisa dipakai untuk makanan ternak, khususnya kambing jenis etawa. Susu dari kambing tersebut bisa diberikan memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. 

"Jadi masyarakat itu mendapatkan keuntungan tidak hanya daunnya tapi juga dari rantingnya nanti dibeli. Tapi nanti sistem pembeliannya, cuma belum ya pak (diatur harganya). Kita sudah punya rencana nanti pengepulnya Bumdes. Jadi dari masing masing masyarakat ngumpulkan ranting, kita timbang kita beli (Bumdes). Bumdes jual ke PLN," tutur Lurah Kelurahan Gombang, Supriyadi.

Ia menegaskan, Sri Sultan Hamengkubuwono sangat mendukung program ini. Sultan berharap masyarakat penambang karst di Gunung Kidul meninggalkan aktivitas tersebut dan beralih menekuni program yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan dan penghijauan ini.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement