REPUBLIKA.CO.ID, QUITO -- Pemerintah Ekuador memulai proses penutupan sumur minyak di blok 43-ITT yang terletak di cagar alam Yasuni yang luas. Penutupan ini dilakukan setelah pemilih mendukung diakhirinya pengeboran minyak yang dinilai merusak lingkungan dalam referendum yang digelar tahun lalu .
Dalam pernyataannya, Kementerian Energi Ekuador mengatakan akan menutup sumur minyak Ishpingo B-56, salah satu dari 247 sumur minyak di blok tersebut. Proses penutupan seluruh sumur diperkirakan akan memakan waktu lima tahun.
Tahun lalu pengadilan konstitusi Ekuador memutuskan perusahaan BUMN Petroecuador memiliki waktu selama satu tahun untuk menyingkirkan infrastrukturnya dari blok tersebut. Kendati demikian, pihak berwenang mengatakan prosesnya butuh waktu lebih lama.
"Memenuhi penutupan ITT bukan pekerjaan mudah, ini membutuhkan perencanaan teknis dan khusus," kata Menteri Energi Ekuador Antonio Goncalves dalam pernyataannya, Kamis (29/8/2024).
Sejak blok 43-ITT mulai beroperasi pada tahun 2016, Petroecuador memompa sekitar 50 ribu barel minyak per hari. Berdasarkan data pemerintah total produksi minyak mentah di negara itu sekitar 480 ribu barel per hari.
Berdasarkan perkiraan pemerintah yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi biaya untuk menghentikan pengeboran minyak di blok tersebut akan mencapai 1,3 miliar dolar AS.
Tujuh komunitas masyarakat adat yang tinggal di cagar alam Yasuni, yang merupakan cagar alam terbesar di hutan hujan Amazon di Ekuador, juga akan berhenti menerima dana dari Petroecuador yang diamanatkan hukum untuk pengeboran di lokasi tersebut.
Pemerintah mengatakan semua sumur akan berhenti beroperasi pada Desember 2029. Tetapi pemindahan semua infrastruktur di blok tersebut dapat memakan waktu hingga Agustus 2030.
Dikutip dari the Guardian, banyak masyarakat Ekuador berharap hasil referendum tahun lalu, di mana 59 persen penduduk memilih agar sumur minyak Yasuni ditutup akan menandai awal dari akhir ekonomi minyak Ekuador.
Namun, banyak pihak yang masih melihat minyak sebagai solusi bagi krisis ekonomi negara itu. Sejak mulai mengekspor minyak pada tahun 1970-an, pendapatan dari minyak telah menjadi tulang punggung ekonomi Ekuador.
Saat ini minyak menyumbang hampir sepertiga dari PDB Ekuador. Karena Ekuador dibebani utang yang besar dan defisit fiskal lebih dari 5 miliar dolar AS, para pembuat kebijakan juga enggan untuk beralih dari ekonomi minyak tradisional.
Selama kampanye pemilu tahun lalu, Daniel Noboa, yang kini menjabat sebagai Presiden, berjanji untuk mendukung penghentian ekstraksi minyak di Yasuní. Namun, seperti para pendahulunya, Noboa mengumumkan rencana untuk meningkatkan produksi minyak ketika ia mulai menjabat pada bulan November lalu.