REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Kolombia merupakan tuan rumah Pertemuan Keanekaragaman Hayati PBB (COP16) tahun ini. Namun menurut Global Witness, Kolombia merupakan negara paling mematikan bagi aktivis lingkungan.
Kelompok advokasi asal Inggris itu mengatakan 73 pembela lingkungan Kolombia dibunuh tahun lalu. Dalam laporan tahunannya, Global Witness mengatakan Kolombia menjadi negara dengan angka kematian aktivis lingkungan tertinggi dalam satu tahun sejak mereka mulai melakukan pencatatan pada tahun 2012. "Angkanya sangat mengerikan," kata penasihat senior kampanye pembela lingkungan dan lahan Global Witness Laura Furones, Selasa (10/9/2024).
Ia menambahkan, angka dalam laporan ini konservatif dan kemungkinan besar tidak lengkap. Global Witness mengatakan pada 2023 sebanyak 196 aktivis lingkungan dan lahan dibunuh. Amerika Latin menjadi wilayah paling mematikan, 85 persen pembunuhan terjadi di sana.
Temuan di Kolombia sangat bertolak belakang dengan janji pemerintahan Presiden Gustavo Petro yang mulai menjabat 2022 dan berjanji mengakhiri konflik selama 60 tahun dan mendorong keadilan lingkungan untuk masyarakat.
Proses perdamaian dengan berbagai kelompok bersenjata yang terkadang berimplikasi pada pembunuhan pejuang lingkungan tersendat-sendat. Selain itu, Kementerian Lingkungan mengatakan meski deforestasi tahun lalu turun ke angka terendahnya, tapi kemungkinan akan kembali naik pada tahun 2024.
Pemerintah Kolombia menanggapi daftar yang dikeluarkan Global Witness. "Pemerintah menyadari situasi serius yang ditimbulkan konflik sosial-ekologis yang berkaitan dengan penyelundupan narkoba, praktik pembunuhan aktivis lingkungan yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi ilegal dan konfigurasi ulang konflik kelompok bersenjata," kata pemerintah Kolombia.
Kolombia juga negara paling mematikan bagi aktivis lingkungan pada tahun 2022. Sebanyak 60 aktivis lingkungan dibunuh tahun itu. "Angka ini sangat memalukan bagi kami sebagai negara," kata koordinator kelompok advokasi hak asasi manusia di Kolombia Somos Defensores, Astrid Torres.
Torres mengatakan masalahnya tidak hanya tanggung jawab pemerintah yang sedang berkuasa, tapi juga institusi-institusi negara seperti jaksa dan pihak berwenang lokal.
Seorang juru bicara pemerintah Kolombia mengatakan mereka sedang mengupayakan sebuah tanggapan. Tahun lalu, sebuah investigasi Reuters menemukan pembunuhan terhadap para aktivis lingkungan di Kolombia mengakibatkan dampak negatif jangka panjang terhadap konservasi dan beberapa kota di mana para aktivis dibunuh mengalami lonjakan deforestasi yang signifikan.
Dalam sebuah acara peluncuran agenda COP 16 di Bogota pada bulan Juli, wakil presiden Kolombia, Francia Marquez - pemenang penghargaan Goldman Environmental untuk aktivisme pada tahun 2018 - mengatakan konferensi tersebut akan menghormati mereka yang terbunuh.