Ahad 06 Oct 2024 10:04 WIB

Aktivis Thailand Selamatkan Ratusan Gajah dari Daerah Terdampak Banjir

Sejak Agustus lalu, wilayah utara Thailand telah dilanda banjir besar.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Banjir di Provinsi Chiang Mai, Thailand, mengancam kehidupan gajah.
Foto: REUTERS/Thapanee Eadsrichai
Banjir di Provinsi Chiang Mai, Thailand, mengancam kehidupan gajah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Pihak berwenang dan aktivis konservasi Thailand bergegas menyelamatkan gajah, babi, dan kerbau dari banjir bandang di Provinsi Chiang Mai. Deputi Perdana Menteri Phumtham Wechayachai mengatakan 117 gajah sudah berhasil diselamatkan.

Aktivis konservasi dan pendiri Elephant Nature Park yang berbasis di Chiang Mai, Saengduan Chailert mengatakan, gajah, babi, dan kerbau-kerbau di satu desa terancam akibat banjir. "Kami tidak tahu berapa banyak gajah yang akan selamat, kami akan kembali untuk membantu mereka," kataya.

Dalam video yang diunggah Saengduan di media sosial terlihat kawanan gajah mengeluarkan suara nyaring dan berlari menembus air. Saengduan mengatakan satu gajah lebih lambat dari yang lainnya karena kedua matanya mengalami kebutaan.

Gajah merupakan hewan nasional Thailand. Satwa itu biasanya digunakan untuk bekerja tapi kini terancam punah. Hewan itu sangat populer di antara wisatawan Thailand.

Satwa ini sangat populer di kalangan wisatawan, namun meningkatnya kesadaran akan perlakuan terhadap mereka membuat lebih banyak yang masuk ke tempat perlindungan.

Sejak bulan Agustus lalu, wilayah utara Thailand telah dilanda banjir besar. Banjir sudah menewaskan 49 orang dan membuat ribuan rumah tangga kehilangan tempat tinggal.

Dikutip dari Voice of America, banjir parah dan berkepanjangan yang melanda Thailand mendorong seruan untuk solusi jangka panjang. Termasuk langkah-langkah untuk mengurangi dampak jangka panjang dari perubahan iklim.

Thailand mengalami musim hujan tahunan dari bulan Juli hingga Oktober. Meskipun banjir merupakan hal yang biasa terjadi di seluruh negeri, pihak berwenang mengatakan tahun ini adalah yang terburuk dalam beberapa dekade terakhir.

Peneliti senior SEI Asia Center Thanapon Piman  mengatakan perubahan iklim telah berkontribusi terhadap banjir. “Perubahan iklim dan La Niña menyebabkan curah hujan yang tinggi di wilayah ini melebihi kondisi normal," katanya.

Ia mencontohkan curah hujan bulanan di Chiang Rai pada bulan Agustus lebih tinggi dari normal sebesar 40 persen hingga 50 persen. Thanapon menambahkan Mae Sai mengalami banjir enam kali dalam sebulan, yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement