Senin 07 Oct 2024 12:28 WIB

Arab Saudi Ingatkan Pertumbuhan Ekonomi Harus Disertai Mitigasi Perubahan Iklim

Saudi berencana bangun pusat produksi hidrogen di kota industri Ras Al Khair.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Perubahan iklim (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Perubahan iklim (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman menekankan pentingnya meraih keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, ketahanan energi, dan mitigasi perubahan iklim.  Hal ini ia sampaikan saat berpartisipasi dalam pertemuan Kelompok Kerja Transisi Energi di pertemuan Menteri Energi Bersih ke-15 dan Menteri Misi Inovasi ke-9 yang digelar di Kota Foz do Iguaçu, Brasil pada 3-4 Oktober lalu.

Dikutip dari Saudi Arabia Gazette, Senin (7/10/2024), Pangeran Abdulaziz menekankan kepemimpinan Arab Saudi dalam teknologi Penyerapan, Penyimpanan dan Utilisasi Karbon (CCUS). Ia juga menegaskan komitmen Arab Saudi untuk memimpin upaya global melalui adaptasi teknologi karbon ekonomi sirkular.

Ia menyoroti pertumbuhan kapasitas energi terbarukan Arab Saudi yang diproyeksikan sekitar 44 gigawatt pada akhir 2024. Abdulaziz juga membahas rencana pusat produksi hidrogen di kota industri Ras Al Khair.

Abdulaziz menyinggung proyek penyerapan dan penyimpanan karbon skala besar yang ditargetkan memiliki kapasitas hingga 9 juta ton pertahun pada tahun 2027. Pertemuan di Brasil fokus pada kebijakan-kebijakan energi berkelanjutan dan mempromosikan transisi energi berkeadilan.

Hal itu sesuai dengan upaya G-20 untuk memperkuat kolaborasi internasional, mendorong keberlanjutan lingkungan dan mendukung kemajuan teknologi-teknologi energi bersih. Dalam pertemuan itu, lembaga keuangan iklim multilateral, Climate Investment Funds (CIF) mengatakan akan berinvestasi sebesar 1 miliar dolar AS untuk mempercepat pengembangan teknologi pemangkasan emisi di industri yang merusak iklim di negara-negara berkembang.

Lembaga yang bekerja sama dengan Bank Dunia dan lembaga-lembaga keuangan internasionalnya ini merupakan roda penggerak penting dalam pembiayaan pembangunan. Sebab, mereka mampu mengambil resiko lebih tinggi dan menawarkan bunga lebih rendah yang juga akan membantu investor yang ingin bergabung.  

Dalam pernyataannya,’CIF mengatakan dana yang berasal dari Dana Teknologi Bersih CIF senilai 8,6 miliar dolar AS, akan membantu dekarbonisasi sektor-sektor seperti semen, baja dan kimia.

Saat ini, industri-industri itu mencakup seperempat emisi gas rumah kaca dunia. Permintaannya juga tumbuh pesat dalam pertengahan abad ini. Sebagian besar karena kebutuhan pada bahan-bahan itu dalam peralihan ke ekonomi rendah karbon.

"Masa depan tergantung pada dekarbonisasi sektor-sektor tinggi emisi, untuk mencapai target iklim kami, kami perlu menurunkan emisi industri hingga 20 persen pada tahun 2030 dan 93 persen pada tahun 2050," kata Chief Executive Officer CIF, Tariye Gbadegesin, Kamis (3/10/2024).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement