REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan sumber energi terbarukan berpotensi memenuhi hampir setengah dari total permintaan listrik dunia pada akhir dekade ini. Namun, capaian ini masih jauh dari target ambisius PBB untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan tiga kali lipat pada tahun 2030 untuk mengurangi emisi karbon secara signifikan.
"Pertumbuhan energi terbarukan saat ini melampaui target yang ditetapkan oleh pemerintah berbagai negara," kata Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol, Rabu (9/10/2024).
Birol menjelaskan selain didorong upaya mengurangi emisi dan meningkatkan ketahanan energi, pertumbuhan pesat energi terbarukan juga disebabkan fakta saat ini energi terbarukan menjadi pilihan paling ekonomis untuk menambah kapasitas pembangkit listrik baru di hampir semua negara di dunia.
Laporan IEA Renewables 2024 menunjukkan dunia akan menambah lebih dari 5.500 gigawatt kapasitas energi terbarukan dari tahun 2024 hingga 2030. Angka ini hampir tiga kali lipat dibandingkan peningkatan kapasitas yang terjadi antara tahun 2017 dan 2023.
IEA menyatakan penambahan kapasitas ini setara dengan total kapasitas energi Cina, Uni Eropa, India, dan Amerika Serikat. Namun, capaian ini masih belum cukup untuk memenuhi target yang ditetapkan dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP28) tahun lalu.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah di seluruh dunia perlu mempercepat upaya integrasi energi terbarukan ke dalam jaringan listrik. Hal ini mencakup pembangunan dan modernisasi sekitar 25 juta kilometer jaringan listrik serta peningkatan kapasitas penyimpanan energi hingga mencapai 1.500 gigawatt pada 2030.
IEA memprediksi panel surya akan menyumbang 80 persen dari pertumbuhan kapasitas energi terbarukan hingga tahun 2030. Sektor energi angin juga diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pesat, dengan peningkatan kapasitas dua kali lipat pada tahun 2030 dibandingkan periode 2017-2023.
Kapasitas manufaktur panel surya global diperkirakan mencapai 1.100 gigawatt pada akhir tahun 2024, lebih dari dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya. Peningkatan kapasitas produksi ini berkontribusi pada penurunan harga modul surya, namun di sisi lain juga menyebabkan sejumlah produsen mengalami kerugian finansial yang signifikan.
Meskipun target PBB merupakan tantangan yang besar, sejumlah negara telah menunjukkan komitmen yang kuat terhadap energi terbarukan. Sebanyak 70 negara, yang mewakili 80 persen dari kapasitas energi terbarukan global, diperkirakan akan mencapai atau bahkan melampaui target energi terbarukan mereka pada 2030.