REPUBLIKA.CO.ID, CALI -- Kolombia dan Brasil mendorong Pertemuan Keanekaragaman Hayati PBB (COP16) yang digelar di Cali, Kolombia, resmi mengakui kontribusi masyarakat keturunan Afrika dalam melestarikan lingkungan. COP16 sudah mengakui peran masyarakat adat dalam melestarikan keanekaragaman hayati di seluruh dunia.
Kini muncul proposal baru untuk memberikan pengakuan yang sama pada masyarakat keturunan Afrika karena pengetahuan tradisional dan gaya hidup mereka berkontribusi pada pelestarian keanekaragaman hayati. "Keturunan budak dan masyarakat adat merupakan agen konservasi alam, faktanya agen pelestarian planet kita," kata Menteri Kesetaraan Ras Brasil Anielle Franco, Kamis (24/10/2024).
Menurut peneliti dari Black Communities Process (PCN), John Anton Sanchez, masyarakat keturunan Afrika menghuni sekitar 2 juta kilometer persegi lahan di Amerika Latin. Ia menambahkan masyarakat keturunan Afrika melestarikan 80 persen wilayah yang lebih luas dari Meksiko itu.
"Kami berjuang melawan seluruh sistem yang ingin mengekstraksi dan menghabiskan sumber daya alam dan semua keanekaragaman hayati, kami yakin berada di tengah keanekaragaman hayati dan alam membuat kami kaya," kata perwakilan organisasi keturunan Afrika Kolombia AFRODES, di COP16 Marino Córdoba.
Proposal Brasil dan Kolombia yang sedang dipertimbangkan akan mendorong penandatangan Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati untuk melibatkan komunitas-komunitas ini dan memasukkan pengetahuan tradisional mereka tentang praktik-praktik berkelanjutan ke dalam pengambilan keputusan.
"Kami melakukan ini selama lebih dari 200 tahun sejak pertama kali nenek moyang kami tiba di Kolombia sebagai budak, kami memahami wilayah ini sebagai kehidupan kami dan kami mencintainya serta mempertahankannya," kata aktivis muda di COP16 Laura Valentina Rojas.
Berdasarkan data Sanchez, hanya 80 ribu kilometer persegi wilayah yang dihuni keturunan Afrika yang resmi mendapat perlindungan dan pengakuan dari pemerintah. Sudah lama masyarakat keturunan Afrika mendesak pengakuan resmi.
Franco mengatakan baru di bawah pemerintahan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva di Brasil dan Presiden Gustavo Petro di Kolombia upaya itu mulai mendapatkan dukungan toto slot dari penguasa. Franco menyusun proposal itu bersama wakil presiden keturunan Afrika pertama Kolombia Francia Marquez.
"Fakta ada dua perempuan yang memimpin isu-isu seperti ini, di Brasil dan Kolombia, menunjukkan banyak hal tentang era baru yang sedang kita jalani," kata Franco.